(Expedisi Merah Putih
Gn. Slamet 3428 Mdpl)
16-18 Agustus 2013
Ah, terasa sangat lama
sekali ku tak lagi bercumbu dengan pena usangku. Ku coba rengkuh kembali
indahnya saat-saat indah bercumbu bersama pena usangku yang sudah beberapa waktu
yang lalu terakhir kalinya ku bercumbu dengannya.
Ya, tak terasa pula
waktu peantian itu kini semakin dekat. Apa itu? Nampaknya sudah pernah aku
tuliskan sebelumnya di catatan liarku ini. “Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda
Bahari/Kapal Pemuda Nusantara; Sail Komodo 2013”, sebentar lagi akan segera
bergulir. Aku pun mulai berkemas-kemar ria untuk memperiapkan perjalanan
panjang yang nampaknya akan semakin seru, karena ini adalah petua;angan baruku
menyusuri indahnya lautan nusantara.
Sebelum aku bergegas
menuju Sail Komodo 2013, kusempatkan waktuku untuk menulis beberapa catatan
indah sebelum catatan indahku bersama di LNRPB/KPN Sail Komodo aku rengkuh.
Peristiwa yang laur
biasa, sebelum hari ini, adalah saat ketika aku masih berjuang menyelesaikan
tugas suci, “Puasa Ramadhan”. Kemudian di waktu yang sama, medio bulan Ramadhan
1434 H, pernah ku pekikkan sebuah kata, “Pokoknya sebelum aku berlayar menuju
Sail Komodo 2013, harus kusempatkan waktu untuk menikmati indahnya alam ciptaan
Tuhan di ketinggian, (gunung; read). Awalnya aku merencanakan untuk melakukan
pendakian Gunung Prau 2565 Mdpl yang berada di wilayah Kabupaten Wonosobo
sekitar tanggal 17 agustus. Dengan medan yang cukup landai serta waktu tempuh
yang cukup singkat kiranya bisa menyisakan tenaga untuk keberangkatanku ke Nusa
Tenggara Timur.
Namun, tidak disangka
mendekati tanggal pelaksanaan rencana awal yang sudah dirancang sedemikian
rupa, akhirnya berubah 180 derajat. Ya, ternyata teman-teman seperjuanganku
menginginkan sebuah track pendakian yang cukup menantang. Akhirnya kita pun
Mahonipala Adventure Team merencanakan sebuah “Expedisi Merah Putih Gunung
Slamet 3428 Mdpl” berjuang bersama
menggapai atap Jawa Tengah. Hanya ada satu tujuan saat kami menetukan expedisi
kali ini, yaitu mengibarkan sang Saka Merah Putih tepat saat 17 Agustus di atap
Jawa Tengah.
Mahonipala Adventure
Team saat melakukan expedisi merah putih berjumlah 5 orang yaitu, Ipud; Suhud,
Arif, Imam, serta satu teman baru Lek Yati ikut menyertai expedisi team kali
ini.
# Hari Pertama
Kami berangkat berlima
dari kota Semarang tercinta tanggal 16 Agustua 2013 dengan mengendari sepeda
motor. Kami melewati rute;
Semarang-Kendal-Batang-Pekalongan-Pemalang-Randudongkal-Karangreja-Bambangan
Purbalingga. Maklum saja, kami akan melakukan Expedisi Merah Putih Gunung
Slamet 3428 via Bambangan Purbalingga. Kurang lebih selama 4 jam perjalanan,
akhirnya kami sampai di pos pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Setelah sebelumnya
dihadang hujan lebat di jalanan Bantarbolang Pemalang. Tak lupa kami pun juga
menikmati senja di Randudongkal dengan menyantap nasi megono dengan lauk
lengkapnya.
Tak terasa waktu sudah
menunjukkan pukul 18.30 saat kami tiba di dusun Bambangan, sebuah dusun
terakhir seblum masuk ke kawasan gunung Slamet. Setibanya kami di sana ternyata
kabut tebal serta gerimis kecil menyambut kedatangan kami. Kami pu memutuskan
untuk menunda expedisi merah putih sampai keesokan harinya, menginta kondisi
tubuh yang tidak memungkinkan ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang sangat extreme
(menurut kami) saat itu.
Setelah menyelesaikan
proses pendaftaran pendakian dan menitipkan sepeda motor kami segera menuju
pondok pemuda untuk sekedar beristirajat menunggu esok hari. Saat di pos
pendaftaran, team kami adalah tim ke-717 yang akan melakukan pendakian di
Gunung Slamet waktu itu. Jumlah yang cukup funtastis menurut kami.
Oh ya hampir saja lupa,
moment yang menurutku sedikit berkesan adalah tatkala aku bertemu dengan sesame
pendaki yang sebelumnya hanya kenal lewat dunia maya (baca; Facebook), akhirnya
bisa berjumpa dan sedikit berbincang tepat di depan masjid dusun Bambangan.
Terimakasih atas perjumpaan waktu itu, untuk sahabat Pecinta Alam (PA) dari
Purwokerto.
# Hari Kedua
Sang fajar, nampaknya
membangunkanku dari tidur dengan penuh kasih. Setelah ku terbangun segera ku
bangunkan semua teman-teman satu teamku, untuk segera bersiap-siap melakukan
perjalanan panjang. Sambil menunggu teman-temanku bangun dari tidur
masing-masing, kusempatkan waktuku untuk menjalankan sholat subuh dua rakaat. Dengan
kondisi yang serba sangat dingin, tak menghalangiku untuk terus bermunajat
kepada-Nya.
Kemudian, tak lupa
kupersiapkan segala kebutuhan pendakian, mulai dari perbekalan, perlengkapan,
kesehatan sampai kesiapan mental dengan teliti dan seksama.
Setelah semuanya
selesai, dengan kondisi perut yang cukup kenyang serta kondisi tubuh yang sudah
cukup fit berkat istirahat malam tadi, kami pun bersiap serta berdo’a di depan
pondok pemuda dusun Bambangan.
Sekitar pukul 09.30
kami meninggalkan pondok pemuda, memasuki pintu gerbang yang bertuliskan “Gerbang
Pendakian Gunung Slamet” kami mulai melewati perkebunan sayuran warga sekitar. Dengan
pemandangan yang cukup cantik membangkitkan semangat kami untuk terus
melangkah.
Pondok Pemuda – Pos 1 :
1 – 1,5 jam
Dengan medan yang cukup
menanjak di melewati ladang warga, kemudian kawasan hutan cemara kami sampai di Pos 1. Pos 1 terdapat bangunan
yang bisa dipakai buat istirahat, memasak, serta mendirikan tenda.
Pos 1 – Pos 2 : 1 – 2 jam
Melewati pos 2, kita
akan memasuki kawasan hutan yang cukup rimbun, dengan medan yang cukup menajak
serta panjang jalur yang cukup panjang melewati tanjakan-tanjakan mesra serta
pohon-pohon besar, samailah kami di Pos 2. Pos 2, merupakan tanah yang cukup
lapang, mampu menampung tenda kurang lebih 5 – 6 tenda.
Pos 2 – Pos 3 :
1,5 – 2 jam
Meninggalkan pos 2,
jalanan akan semakin menanjakkan, masih sama melewati kawasan hutan yang sangat
lebat dan ckup lembab, akhirnya kita sampai di pos 3. Pos 3 berupa tananh yang
cukup lapang, mampu menampung sekitar 5 – 7 tenda.
Pos 3 – Pos 4 :
1 jam
Bergegas dari pos 3,
jalanan akan semakin menyempeit, kita akan melewati jalur air. Hanya mampu
menampung sekitar 2 orang berjajar. Dengan track yang semakin menanjak. Hingga akhirnya
kita sampai di pos 4. Pos 4 berupa tanah sempit tanpa bangunan, mampu menampung
sekitar 3 – 5 tenda. Pos 4 di kelilingi pohon-pohon yang besar, serta di
sebelah kiri terdapat pohon yang sudah tumbang.
Pos 4 – Po 5 : 30 menit
Dari pos 4, jalanan
akan mulai berdebu serta berpasir. Mengingat kondisi medan yang mulai terbuka. Hingga
akhirnya kita sampai di pos 5. Pos 5 berupa tanah yang cukup luar, mampu
menampung sekitar 25 Tenda. Serta terdapat juga sebuah bangunan yang bisa
dibuat untuk mendirikan tenda, memasak, serta beristirahat. Di pos 5 ini juga
terdapat mata air.
Pos 5 – Pos 6 : 15 menit
Jalanan sempit, dengan
kondisi medan yang berdebu menyambut kami saat kami mulai meninggalkan pos 5. Kita
berjalan diantara pohon-pohon semacam lamtoro. Hingga akhirnya kita sampai di
pos 6. Pos 6 hanya beruppa tanah sempit, mampu menampung 3 tenda.
Pos 6 – Pos 7 :
1 jam
Jalanan menajak, tanah
berdebu dan berpasir menemani perjalanan kami menuju pos 7. Sesampainya di pos
7, kita akan menjumpai bangunan semacam rumah, yang biasanya dipakai pendaki
untuk beristirahat, mendirikan tenda dsb. Di pos 7 dapat menampung sekitar 15 tenda. Banyak
kita jumpai bunga Edelweiss, hingga nanti pos 7.
Pos 7 – Puncak : 3 – 4 Jam
Meninggalkan pos 7,
kita akan melewati jalanan berpasir, kondisi lahan yang sudah terbuka. Serta kita
nantinya akan sampai di batas vegetasi atau sering disebut Plawangan. Hingga sampailah
kita di medan berbatu yang sangat menanjak, kemudian sampailah kita di puncak
gunung Slamet 3428 Mdpl.
Sekitar pukul 18.30
kami sampai di pos 5, tempat dimana kami akan mendirikan teda dan bermalam,
memasak dan mempersiapkan bekal untuk Summit Attack keesokan harinya.
# Hari Ketiga
Tepat pukul 00.30,
diriku terbangun dari tidur. Kemudian jam 01.00 tepat kubangunkan seluruh
teman-teman satu teamku untuk bersiap Summit Attack. Ini merupakan pengalaman Summit Attack yang
pertama yang aku lakukan dinihari. Maklum saja, biasanya aku Summit Attack
pagi-pagi.
Dengan semangat membara
kami, langkahkan kaki kami untuk menyusuri jalanan menuju puncak Gunung Slamet.
Salah seorang anggota team kami, Lek Yati sudah hampir putus asa menyusuri
jalanan yang semakin menanjak ditambah medan yang semakin extreme.
Tanpa lelah, kami terus
melangkahkan kaki kami, di tengah perjalanan menggapai puncak Gunung Slamet,
kusempatkan mengambil gambar saat matahari belum terbit. Hingga akhirnya
sekitar pukul 05.30, berhasil ku jejakkan kakiku di atas atap Jawa Tengah
Puncak gunung Slamet, tak lupa ku mengucapkan syukur atas segala kekuatan dan
kemudahannya yang diberikan oleh-Nya. Kusempatkan untuk menunaikan kewajiban
sholat shubuh di atas puncak. Dengan mengambail tayamun, kulaksanakanlah sholat
subuh dengan kondisi serba dingin, dan penub rasa syukur.
Kunikmati masa-masa
indah saat ku berada di puncak Gunung Slamet 3428 Mdpl. Kuambillah beberapa
poto, dengan berbagai macam latar, serta pose. Lumayanlah buat
kenangan-kenangan dari pincak. Tak lupa kami pun membawa turun sampah-sampah
kami.
Sekitar pukul 07.30
kami mulai berjalan menuruni gunung Slamet, dengan medan yang semakin extreme,
karena kami menuruni jalanan berbatu yang setiap saat bisa saja longsor. Satu jam
lamanya, aku berjalan hingga aku sampai di Pos 5, tempat tenda kami berada
serta perlengkapan-perlengkapan dan bekal lainnya.
Di pos 5, kami menunggu
Lek Yati yang belum juga turun, hingga pukul 10.30 ternyata Lek Yati baru saja
sampai di pos 5. Ku bereskan semua perlengkapan, dengan sedikit memberishkan
bekas tempat kami mendirikan tenda, untuk segera melanjutkan perkalanan turun e
basecamp.
Sekitar pukul 15.00
kami pun sampai, di Pondok pemuda. Sesampainya di bawah, segera kubergegas
mencari penghangat tubuh, serta sejenak beristirahat untuk kembali ke Semarang.
Sekitar pukul 18.30
kami meninggalkan dusun Bambangan menuju Semarang. Dengan segala kenangan indah
tentang arti kebersamaan serta arti perjuangan, kami lewati jalanan Purbalingga
– semarang.
Kami menyempatkan diri
untuk beristirahat di kawasan Jl. Gatot Subroto Pemalang, sekitar pukul
20.00-21.45. kemudian setelah beristirahat cukup, kami bergegas menuju
Semarang. Kulihat jam menunjukkan jam 00.15 saat aku sampai di Ngaliyan Kota
Semarang, dan akhirnya “Selesailah perjalanan Panjang ini”
“Dirgahayu Republik
Indonesia yang ke-68 Tahun”
Salam Lestari
jadi ngiri baca ini. :D
ReplyDeleteheheh, ayo bang ikut nanjak :D
ReplyDeletesuer ini mah bukan cuman ngiri, tapi ngiriiiiiii bangeeeeet. itu mentari ampe bisa digenggam begituuuu
ReplyDeleteheheheh,,,
ReplyDeletealhamdulillah mendapat kesempatan yang tiada terkira dari Tuhan teh, :)