23 August 2013

( Puncak Gunung Slamet 3428 Mdpl )
Menggapai Titik Tertinggi Jawa Tengah
(Expedisi Merah Putih Gn. Slamet 3428 Mdpl)
16-18 Agustus 2013

Ah, terasa sangat lama sekali ku tak lagi bercumbu dengan pena usangku. Ku coba rengkuh kembali indahnya saat-saat indah bercumbu bersama pena usangku yang sudah beberapa waktu yang lalu terakhir kalinya ku bercumbu dengannya.
Ya, tak terasa pula waktu peantian itu kini semakin dekat. Apa itu? Nampaknya sudah pernah aku tuliskan sebelumnya di catatan liarku ini. “Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari/Kapal Pemuda Nusantara; Sail Komodo 2013”, sebentar lagi akan segera bergulir. Aku pun mulai berkemas-kemar ria untuk memperiapkan perjalanan panjang yang nampaknya akan semakin seru, karena ini adalah petua;angan baruku menyusuri indahnya lautan nusantara.
Sebelum aku bergegas menuju Sail Komodo 2013, kusempatkan waktuku untuk menulis beberapa catatan indah sebelum catatan indahku bersama di LNRPB/KPN Sail Komodo aku rengkuh.
Peristiwa yang laur biasa, sebelum hari ini, adalah saat ketika aku masih berjuang menyelesaikan tugas suci, “Puasa Ramadhan”. Kemudian di waktu yang sama, medio bulan Ramadhan 1434 H, pernah ku pekikkan sebuah kata, “Pokoknya sebelum aku berlayar menuju Sail Komodo 2013, harus kusempatkan waktu untuk menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan di ketinggian, (gunung; read). Awalnya aku merencanakan untuk melakukan pendakian Gunung Prau 2565 Mdpl yang berada di wilayah Kabupaten Wonosobo sekitar tanggal 17 agustus. Dengan medan yang cukup landai serta waktu tempuh yang cukup singkat kiranya bisa menyisakan tenaga untuk keberangkatanku ke Nusa Tenggara Timur.
Namun, tidak disangka mendekati tanggal pelaksanaan rencana awal yang sudah dirancang sedemikian rupa, akhirnya berubah 180 derajat. Ya, ternyata teman-teman seperjuanganku menginginkan sebuah track pendakian yang cukup menantang. Akhirnya kita pun Mahonipala Adventure Team merencanakan sebuah “Expedisi Merah Putih Gunung Slamet 3428 Mdpl”  berjuang bersama menggapai atap Jawa Tengah. Hanya ada satu tujuan saat kami menetukan expedisi kali ini, yaitu mengibarkan sang Saka Merah Putih tepat saat 17 Agustus di atap Jawa Tengah.
Mahonipala Adventure Team saat melakukan expedisi merah putih berjumlah 5 orang yaitu, Ipud; Suhud, Arif, Imam, serta satu teman baru Lek Yati ikut menyertai expedisi team kali ini.

# Hari Pertama
Kami berangkat berlima dari kota Semarang tercinta tanggal 16 Agustua 2013 dengan mengendari sepeda motor. Kami melewati rute; Semarang-Kendal-Batang-Pekalongan-Pemalang-Randudongkal-Karangreja-Bambangan Purbalingga. Maklum saja, kami akan melakukan Expedisi Merah Putih Gunung Slamet 3428 via Bambangan Purbalingga. Kurang lebih selama 4 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di pos pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Setelah sebelumnya dihadang hujan lebat di jalanan Bantarbolang Pemalang. Tak lupa kami pun juga menikmati senja di Randudongkal dengan menyantap nasi megono dengan lauk lengkapnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 saat kami tiba di dusun Bambangan, sebuah dusun terakhir seblum masuk ke kawasan gunung Slamet. Setibanya kami di sana ternyata kabut tebal serta gerimis kecil menyambut kedatangan kami. Kami pu memutuskan untuk menunda expedisi merah putih sampai keesokan harinya, menginta kondisi tubuh yang tidak memungkinkan ditambah lagi dengan kondisi cuaca yang sangat extreme (menurut kami) saat itu.
Setelah menyelesaikan proses pendaftaran pendakian dan menitipkan sepeda motor kami segera menuju pondok pemuda untuk sekedar beristirajat menunggu esok hari. Saat di pos pendaftaran, team kami adalah tim ke-717 yang akan melakukan pendakian di Gunung Slamet waktu itu. Jumlah yang cukup funtastis menurut kami.
Oh ya hampir saja lupa, moment yang menurutku sedikit berkesan adalah tatkala aku bertemu dengan sesame pendaki yang sebelumnya hanya kenal lewat dunia maya (baca; Facebook), akhirnya bisa berjumpa dan sedikit berbincang tepat di depan masjid dusun Bambangan. Terimakasih atas perjumpaan waktu itu, untuk sahabat Pecinta Alam (PA) dari Purwokerto.

# Hari Kedua
Sang fajar, nampaknya membangunkanku dari tidur dengan penuh kasih. Setelah ku terbangun segera ku bangunkan semua teman-teman satu teamku, untuk segera bersiap-siap melakukan perjalanan panjang. Sambil menunggu teman-temanku bangun dari tidur masing-masing, kusempatkan waktuku untuk menjalankan sholat subuh dua rakaat. Dengan kondisi yang serba sangat dingin, tak menghalangiku untuk terus bermunajat kepada-Nya.
Kemudian, tak lupa kupersiapkan segala kebutuhan pendakian, mulai dari perbekalan, perlengkapan, kesehatan sampai kesiapan mental dengan teliti dan seksama.
Setelah semuanya selesai, dengan kondisi perut yang cukup kenyang serta kondisi tubuh yang sudah cukup fit berkat istirahat malam tadi, kami pun bersiap serta berdo’a di depan pondok pemuda dusun Bambangan.
Sekitar pukul 09.30 kami meninggalkan pondok pemuda, memasuki pintu gerbang yang bertuliskan “Gerbang Pendakian Gunung Slamet” kami mulai melewati perkebunan sayuran warga sekitar. Dengan pemandangan yang cukup cantik membangkitkan semangat kami untuk terus melangkah.

Pondok Pemuda – Pos 1             : 1 – 1,5 jam
Dengan medan yang cukup menanjak di melewati ladang warga, kemudian kawasan hutan cemara  kami sampai di Pos 1. Pos 1 terdapat bangunan yang bisa dipakai buat istirahat, memasak, serta mendirikan tenda.

Pos 1 – Pos 2                                  : 1 – 2 jam
Melewati pos 2, kita akan memasuki kawasan hutan yang cukup rimbun, dengan medan yang cukup menajak serta panjang jalur yang cukup panjang melewati tanjakan-tanjakan mesra serta pohon-pohon besar, samailah kami di Pos 2. Pos 2, merupakan tanah yang cukup lapang, mampu menampung tenda kurang lebih 5 – 6 tenda.

Pos 2 – Pos 3                                  : 1,5 – 2 jam
Meninggalkan pos 2, jalanan akan semakin menanjakkan, masih sama melewati kawasan hutan yang sangat lebat dan ckup lembab, akhirnya kita sampai di pos 3. Pos 3 berupa tananh yang cukup lapang, mampu menampung sekitar 5 – 7 tenda.

Pos 3 – Pos 4                                  : 1 jam
Bergegas dari pos 3, jalanan akan semakin menyempeit, kita akan melewati jalur air. Hanya mampu menampung sekitar 2 orang berjajar. Dengan track yang semakin menanjak. Hingga akhirnya kita sampai di pos 4. Pos 4 berupa tanah sempit tanpa bangunan, mampu menampung sekitar 3 – 5 tenda. Pos 4 di kelilingi pohon-pohon yang besar, serta di sebelah kiri terdapat pohon yang sudah tumbang.

Pos 4 – Po 5                                     : 30 menit
Dari pos 4, jalanan akan mulai berdebu serta berpasir. Mengingat kondisi medan yang mulai terbuka. Hingga akhirnya kita sampai di pos 5. Pos 5 berupa tanah yang cukup luar, mampu menampung sekitar 25 Tenda. Serta terdapat juga sebuah bangunan yang bisa dibuat untuk mendirikan tenda, memasak, serta beristirahat. Di pos 5 ini juga terdapat mata air.

Pos  5 – Pos 6                                 : 15 menit
Jalanan sempit, dengan kondisi medan yang berdebu menyambut kami saat kami mulai meninggalkan pos 5. Kita berjalan diantara pohon-pohon semacam lamtoro. Hingga akhirnya kita sampai di pos 6. Pos 6 hanya beruppa tanah sempit, mampu menampung 3 tenda.

Pos 6 – Pos 7                                  : 1 jam
Jalanan menajak, tanah berdebu dan berpasir menemani perjalanan kami menuju pos 7. Sesampainya di pos 7, kita akan menjumpai bangunan semacam rumah, yang biasanya dipakai pendaki untuk beristirahat, mendirikan tenda dsb.  Di pos 7 dapat menampung sekitar 15 tenda. Banyak kita jumpai bunga Edelweiss, hingga nanti pos 7.

Pos 7 – Puncak                               : 3 – 4 Jam
Meninggalkan pos 7, kita akan melewati jalanan berpasir, kondisi lahan yang sudah terbuka. Serta kita nantinya akan sampai di batas vegetasi atau sering disebut Plawangan. Hingga sampailah kita di medan berbatu yang sangat menanjak, kemudian sampailah kita di puncak gunung Slamet 3428 Mdpl.

Sekitar pukul 18.30 kami sampai di pos 5, tempat dimana kami akan mendirikan teda dan bermalam, memasak dan mempersiapkan bekal untuk Summit Attack keesokan harinya.

# Hari Ketiga
Tepat pukul 00.30, diriku terbangun dari tidur. Kemudian jam 01.00 tepat kubangunkan seluruh teman-teman satu teamku untuk bersiap Summit Attack.  Ini merupakan pengalaman Summit Attack yang pertama yang aku lakukan dinihari. Maklum saja, biasanya aku Summit Attack pagi-pagi.
Dengan semangat membara kami, langkahkan kaki kami untuk menyusuri jalanan menuju puncak Gunung Slamet. Salah seorang anggota team kami, Lek Yati sudah hampir putus asa menyusuri jalanan yang semakin menanjak ditambah medan yang semakin extreme.
Tanpa lelah, kami terus melangkahkan kaki kami, di tengah perjalanan menggapai puncak Gunung Slamet, kusempatkan mengambil gambar saat matahari belum terbit. Hingga akhirnya sekitar pukul 05.30, berhasil ku jejakkan kakiku di atas atap Jawa Tengah Puncak gunung Slamet, tak lupa ku mengucapkan syukur atas segala kekuatan dan kemudahannya yang diberikan oleh-Nya. Kusempatkan untuk menunaikan kewajiban sholat shubuh di atas puncak. Dengan mengambail tayamun, kulaksanakanlah sholat subuh dengan kondisi serba dingin, dan penub rasa syukur.
Kunikmati masa-masa indah saat ku berada di puncak Gunung Slamet 3428 Mdpl. Kuambillah beberapa poto, dengan berbagai macam latar, serta pose. Lumayanlah buat kenangan-kenangan dari pincak. Tak lupa kami pun membawa turun sampah-sampah kami.
Sekitar pukul 07.30 kami mulai berjalan menuruni gunung Slamet, dengan medan yang semakin extreme, karena kami menuruni jalanan berbatu yang setiap saat bisa saja longsor. Satu jam lamanya, aku berjalan hingga aku sampai di Pos 5, tempat tenda kami berada serta perlengkapan-perlengkapan dan bekal lainnya.
Di pos 5, kami menunggu Lek Yati yang belum juga turun, hingga pukul 10.30 ternyata Lek Yati baru saja sampai di pos 5. Ku bereskan semua perlengkapan, dengan sedikit memberishkan bekas tempat kami mendirikan tenda, untuk segera melanjutkan perkalanan turun e basecamp.
Sekitar pukul 15.00 kami pun sampai, di Pondok pemuda. Sesampainya di bawah, segera kubergegas mencari penghangat tubuh, serta sejenak beristirahat untuk kembali ke Semarang.
Sekitar pukul 18.30 kami meninggalkan dusun Bambangan menuju Semarang. Dengan segala kenangan indah tentang arti kebersamaan serta arti perjuangan, kami lewati jalanan Purbalingga – semarang.
Kami menyempatkan diri untuk beristirahat di kawasan Jl. Gatot Subroto Pemalang, sekitar pukul 20.00-21.45. kemudian setelah beristirahat cukup, kami bergegas menuju Semarang. Kulihat jam menunjukkan jam 00.15 saat aku sampai di Ngaliyan Kota Semarang, dan akhirnya “Selesailah perjalanan Panjang ini”

“Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-68 Tahun”
Salam Lestari






























4 comments:

  1. suer ini mah bukan cuman ngiri, tapi ngiriiiiiii bangeeeeet. itu mentari ampe bisa digenggam begituuuu

    ReplyDelete
  2. heheheh,,,
    alhamdulillah mendapat kesempatan yang tiada terkira dari Tuhan teh, :)

    ReplyDelete

Welcome

Selamat Datang,
Selamat berkunjung di webblog milik Saifudin Elf, sebuah catatan sederhana dari sebuah proses dinamika berfikir, merangkai, dan menyusun kata.
"tak ada sejarah yang terukir tanpa tulisan, tak ada dokumentasi seindah lukisan Tuhan"
dengan motto tersebut, ku coba untuk menuangkan segala hasil pemikiran, jejak kaki, dan perjalanan hidup melalui webblog sederhana ini.
Kritik dan saran sangat saya harapkan,
Kritik dan saran Hubungi :
Saifudin ELF SMS/Call : 085740951321
Email : iffudz.saifudin@gmail.com
Twitter : @saifudinelf
Best Regard,
-saifudin elf-

Categories

Powered by Blogger.

Followers

Visitor


Blog Archive

Contact us

Name

Email *

Message *

Business

Instagram