21 November 2013

THE SPECIAL MOMENT ON MY BIRTHDAY
“Terdampar dalam Ketidakpastian”
(Expedisi Mt. Merbabu 3142 Mdpl)

Tak terasa sudah 22 tahun diriku hidup di dunia ini. Itu tandanya umurku pun semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Tahun 2013, bagiku tahun yang cukup special. Banyak hal yang bisa ku dapat di tahun ini, walaupun di tahun ini pula belum mampu kesabet tetel gelar Sarjana. Tapi, tak apalah. Aku sudah pernah berkata kepada kedua orang tuaku, bahwa mungkin saja di tahun ini aku belum mampu untuk memenuhi keinginan mereka menyandang gelar sarjana.
Sebagai salah satu bentuk penghormatanku kepada keduanya, sudah kuikrarkan janji untuk menghidupi diriku sendiri, terlepas dari bebanku terhadap keduanya. Ya, walaupun terkadang masih saja diberi penghidupan dari keduanya, tapi intensitasnya dapat sedikit aku kurangi.
Usia 22 tahun bagiku, bukanlah usia muda lagi. Harus ku mulai sebuah langkah untuk menghadapi kehidupan ke depan. Aku pun tak mau melwatkan moment special dalam hidupku ini. Ya, karena moment ini hanya datang setahun sekali. Itu pun kalau Tuhan masih memberikan kesematan.
Sebuah rencana besar sebelum masuk ke moment hari ulang tahunku telah aku persiapkan. Rencana untuk menghabiskan moment special ulang tahun dengan mendaki atap pulau Jawa puncak Mahameru pada awalnya telah aku persiapkan jauh-jauh hari. Tapi, apalah daya manusia hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan juga lah yang menentukan.
Sebulan sebelum moment sesialku tiba telah aku susun rencana pendakian Gunung Semeru matang-matang. Hingga sudah kuhubungi salah satu rekanku yang tinggal di daerah Lumajang Jawa Timur. Namun, sekali lagi Tuhan berkehendak lain. System Booking kuota pendaki yang diterapkan oleh Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tak mampu untuk menerobosnya. Berapa kali kucoba untuk melakukan booking kuota pendaki di halaman situs www.bromotenggersemeru.com selalu gagal. Selalu tertera tulisan, “Maaf, jadwal pendakian tidak ada”. Aku pun sempat kecewa dengan kenyataan ini.
Seiring berjalannya waktu, Tuhan pun membawaku kepada 5 hari sebelum hari H. Hingga aku menentukan untuk membuat sebuat rencana Pendakian Gunung Merbabu. “Semeru tak bisa, Merbabu pun tak apa”, gelisahku dalam diri.
Yap, kuambillah handphone ku untuk memberitahukan kabar rencana pendakianku ke Gunung Merbabu kepada beberapa temanku. Siapa tahu ada yang berkenan ikut. Gunung Merbabu memang tak setinggi Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3676 Mdpl. Sedangkan Merbabu hanya memiliki ketinggian 3142 Mdpl. Tapi setidaknya ini bisa mengobati kekecewaanku waktu itu, serta sebagai salah satu cara menebus dosaku yang pada 29 Desember 2012 ketika pendakian Gunung Merbabu via jalur Selo Boyolali aku belum mampu untuk menggapai puncaknya. “Kali ini, aku harus mampu sampai puncak Kenteng songo (salah satu puncak Merbabu)”, tekadku dalam hati.
Setelah itu, kubuatlah sebuah selebaran dengan membawa nama komunitasku, “Mahonipala Semarang” Pendakian Napak tilas Hari Pahlawan. Ya, kebetulan aku merencanakan pendakian pada tanggal 9-10 Nopember yang bertepatan dengan moment hari pahlawan dan 2 hari sebelum hari ulang tahunku. Sebauh mimpi besar memperingati hari kelahiran di atas puncak gunung.
Hari yang di tunggu pun tiba. Sabtu pagi tanggal 9 Nopember 2013, sekitar pukul 10.30 aku bersama 5 orang temanku yang berkenan menemani pendakianku kali ini memacu kendaraan menuju Kawasan Wisata Kopeng Getasan Kab. Semarang. Bukan untuk wisata di Kopeng memang, tapi untuk menuju ke salah satu gerbang pendakian Gunung Merbabu 3142 Mdpl. Ku lewati jalanan Kota Semarang, Ungaran, Salatiga hingga akhirnya sampai juga di kawasan wisata Kopeng.
Rencana awal, aku ingin mendaki Gunung Merbabu melewati jalur Tekhelan. Namun, karena suatu kendala teknis akhirnya kami putuskan untuk lewat jalur Cunthel. Cunthel adalah salah satu dusun di Kawasan Kopeng yang menjadi salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Tanpa berfikir panjang dengan segera kususuri jalanan yang cukup sempit melewati jalan aspal yang cukup menanjak, di temani sejuknya suasana pegunungan serta hijaunya kebun sayur milik penduduk sekitar sampailah diriku di basecamp pendakian gunung Merbabu via Cunthel.
Sesampainay di basecamp Cunthel, segera ku rebahkan tubuh untuk sejenak beristirahat serta mengumpulkan tenaga untuk memulai pendakian. Tak lupa kami pun menunaikan sholat ashar di basecamp Chuntel. Setelah sholat ashar, aku bersama teman-temanku packing keperluan pendakian. Dengan bermodal tas carier butut, serta beberapa logistic keperluan pendakian aku sd-udah siap mengawali langkah dalam proses pendakian Gunung Merbabu untuk kedua kalinya.
Sebelum kaki kami melangkah, kami menyempatkan diri untuk berdo’a sejenak kepada Tuhan agar diberikan keselamatan dalam pendakian kali ini.
Tepat pukul 15.25 saat aku dan teman-teman mengawali langkah dalam proses pendakian kali ini. Tujuan kami yang pertama adalah sampai di Pos 3 yang memiliki ketinggian sekitar 2800-an Mdpl untuk mendirikan tenda. Sebelum sampai di Pos 3, kami haru melewati Pos Bayangan 1, Pos Bayangan 2, Pos 1 dan Pos 2 dengan memakan waktu sekitar 3,5 – 4 jam perjalanan.
Di awal perjalanan kami harus melwati jalanan yang cukup menanjak melewati kawasan kebun sayur milik penduduk kemudian kami melewati kawasan hutan gunung Merbabu yang tidak terlalu lebat. Kondisi salah seorang temanku yang mengidap asma cukup menyulitkan perjalanan kami. Beberapa kali, kami harus beristirahat cukup lama untuk menunggu rekan kami yang kehabisan nafas. Tak jarang pula kami haru melakukan jeda, 10-20 langkah istirahat 2 menit. Hal ini pula yang cukup memberikan efek perjalanan yang terasa cukup lama. Tapi tak apalah, ini sebagai salah satu cara untuk menguji kesabaran kami.
Senja pun mulai menghampiri, dinginnya suhu pegunungan ditambah semakin gelapnya suasana saat itu semakin membuat kami kuat untuk terus melangkah bersama. Tidak hanya itu, setelah melewati pos 2, kami harus bertemu dengan lahan/ punggung gunung yang cukup terbuka. Hal ini memaksa kami untuk melawan angin kencang yang membawa hawa dingin hingga kami pun sampai di Pos 3. Angin kencang ternyata tak sudi untuk meninggalkan kami. Dia terus saja menemani perjalanan kami, hingga kami akhirnya meutuskan untuk mendidrikan tenda di atas pos 3 dengan tujuan untuk berlindung dari kencangnya angin gunung yang ada di sekitar pos 3.
Ku bongkarlah tas carierku, kemudia ku keluarkan tendan yang ada di dalamnya. Aku bersama salah seorang rekanku mendirikan tenda dengan segala keterbatasan. Sedangkan yang lainnya duduk melihat kami mendirikan tenda, karena mereka kedinginan. Setelah tenda berdiri kusuruhlah mereka masuk ke dalam tenda untuk menghangatkan tubuh. Kuberikan jaket dan srungku kepada temanku yang berada di dalam tenda. Sementara aku dengan hanya mengenakan celana pendek serta kaos oblong menyiapkan masakan untuk kami makan malam itu.
Hawa dingin yang teramat dingin tak menyurutkan semangatku malam itu, aku terus bertahan di tengah dinginnya hawa pegunungan. Aku sudah cukup terbiasa dengan kondisi semacam ini, karena prinsipiku ketika berada di alam, “Hawa dingin itu tidak utnuk dilawan, tapi dirasakan”.
Setelah semuanya siap, kami pun makan malam dengan menu seadanya dari bekal yang kami bawa dari bawah. “Teman-teman, nanti kita bangun jan 2 pagi untuk melakukan Summit attack”, kataku pada mereka di tengah-tengah makan malam kami. Setelah selesai makan malam, kami menyematkan diri untuk bercanda sejenak sambil menunggu kantuk datang.
Istirahat malam ku waktu itu, tak sepulas seperti biasanya. Maklum saja, dengan kondisi tanah yang sedikit miring membuatku kurang nyaman untuk beristirahat. Namun, aku tetap bersyukur kepada Tuhan. Ternyata alam masih menyambut kedatanganku dengan segala keterbatasannya.
Waktu menunjukkan pukul 02.30 saat aku terbangun dari tidur. Aku segera bersiap untuk summit attack. Angin gunung masih bertiup dengan kencangnya. Hening malam tak dapat aku tutupi dengan apapun. Tak ada tanda-tandakehidupan dari pendaki lain, selain kami. Salah seorang temanku berkata kepadaku, “nda, kamu mantap untuk nyummit sekarang? Tidak ada [endaki lain juga yang nyummit jam segini?”. Aku hanya dapat terdiam mendengar kata-kata dari temanku tersebut.
Perasaan gundah, ragu serta galau berkumpul jadi satu di atas ubun-ubunku. Antara ya atau tidak untuk nyummit pagi itu. “Lha kamu sendiri gimana nda? Aku mantap nyummit sekarang”, kataku tegas menyahuti pertanyaannya tadi.
“Kalau aku tidak kuat nda, dingin banget”, jawabnya singkat
“Lha gimana, dirimu ada niatan untuk nyummit tidak?”, lanjutku.
“ada nda, tapi tidak sekarang, tapi mungkin besok pagi”, jawabnya sambil melihat ke arahku.
“Oke nda, kalau kamu memang ada niatan buat nyummit. Ya sudah, besok kita berdua nyummit pagi-pagi”, jawabku meyakinkan.
Rencana awal diriku yang punya keinginan untuk nyummit dini hari akhirnya kandas. Mengingat kondisi temanku yang tidak memungkinkan. Ditambah lagi dengan kondisi medan yang cukup ekstrim saat itu. Keinginanku untuk menikmati sunrise di atas puncak Kentengsongo gunung Merbabu pun harus kandas juga.
Setelah itu, aku pun melanjutkan kembali istirahatku. Hingga pagi hari menjelang saat aku kembali terbangun. Segera ku bergegas untuk melakukan segala persiapan menjelang summit attack. Tak lupa ku memperispakan makan pagi bersama salah seorang temanku. Menu kali ini, kami menggunakan 4 bungkus mie instan yang kami bawa dari bawah. Tanpa pikir panjang, setelah semuanya siap kami segera sarapan.
Tepat jam 06.55 menit saat ku mulai start summit attack. Kali ini aku hanya berdua dengan temanku. Sementara 4 orang lagi temanku tinggal di tenda. Mengingat kondisi mereka yang sudah memungkinkan untuk melanjutkan expedisi. Berbekal 2 botol air mineral ukuran sedang aku dan seorang temanku melanjutkan expedisi. Kali ini medan yang dilalui lebih menajak disbanding sebelumnya. 30 menit berselang aku sampai di pos IV atau pos pemancar. Cuaca yang tak mendukung di tambah angin badai yang cukup kencang memaksa kami untuk beristirahat cukup lama di pos IV. Beberapa kali kabut tebal menghalangi perjalanan kami. Hal ini menambah suasana seram waktu itu. Kami pun sempat tertidur beberapa saat di pos IV.
Setelah dirasa kondisi cukup memungklinkan kami melanjutkan expedisi kembali. Yah kali ini kami harus menuruni bukit, kemudian di depan kami sudah menunggu rangkaian “Jembatan Setan” yang terkenal dari gunung Merbabu. Asap belerang seolah tak sungkan untuk menyambut kami melewati rangkaian jembatan setan tersebut. Hampir saja seorang rekanku yang menemani summit attack berputus asa ingin menyudahi expedisi kali ini. Tapi dengan segala cara aku terus memberikan semangat untuk terus berjalan ke depan. Walaupun akhirnya rekanku tersebut menyerah di jalan sebelum persimpangan jalan ke puncak Syarief dan puncak Kentengseongo. Hal inilah yng memaksaku untuk berjalan ke pucak sendirian. Sementara temanku menunggu di bawah tempat kami terakhir kali berhenti.
Puncak Kentengsongo sudah nampak jelas di depan mata, hanya tinggal beberapa langkah saja puncak itu mampu ku gapai. Berbekal semangat dan tekad yang bulat, akhirnya aku bisa sampai di puncak Kentengsongo 3142 Mdpl sekitar pukul 10.50. Nampak sudah terloihat beberapa pendaki lain yang sudah lebih dulu sampai di puncak. Tak lupa aku mengucapkan syukur masih diberikan kesempatan untuk menginjakkan kaki di puncak Merbabu. Setelah iu kucarilah kertas kosong. Kutuliskanlah “Selamat Hari Pahlawan 10 Nopember 2013 dan Selamat Ulang Tahun Ipud ke-22 12 Nopember 2013”.
Setelah beristirahat serta mengambil beberapa dokumentasi gambar di atas puncak. Aku segera turun ke bawah untuk menemui rekanku. Waktu menunjukkan jam 11.50 saat aku mulai menuruni puncak. Namun, begitu aku sampai di tempat di mana temanku tadi menunggu diriku ternyata tidak kujumpai batang hidungnya berada di situ. Ku cari ke berbagai sudut di sekitar tempat tersebut. Namun, tetap saja tak dapat aku jumpai diriny. “Ah, mungkin saja dia sudah turun duluan”, pikirku.
Tanpa berikir panjang segera kutinggalkan tempat itu untuk terus berjalan menuruni bukit demi bukit. Sesekali kesempatkan untuk beristirahat menghela nafas. Satu jam kemudian tibalaha kembali diriku di atas pos 3, tempat dimana semalam kami mendirikan tenda. Nampak, beberapa temanku yang tinggal di tenda sudah mempersiakan menu santap siang. Akan teta[I, ternyata temanku yang menemaniki nyummit belum sampai di tenda. Hampir satu jam setelah kedatanganku di tenda, temanku baru saja tiba di tenda. Setelah semuanya berkumpul di tenda kami pun segera mengisi perut kami yang sudah mulai keroncongan. Namun, aku tak ikut makan siang waktu itu. Karena aku melihat teman-temanku lebih membutuhkan makanan tersebut untuk bekal turun nanti. Aku bertahan dengan segala kondisiku saat itu.
Tenda yang sudah mulai mongering dari tetesan embun pagi tadi, segera ku kemas masuk ke dalam tas. Tak lupa kami membersihkan sampah-sampah yang kami timbulkan di tempat tersebut. Pukul 15.30 kami mulai berjalan kembali turun menuju basecamp pendakian jalur cunthel. Satu jam berselang kami telah sampai di basecamp. Dengan sampainya kami di basecamp pendakian gunung Merbabu via jalur Cunthel, maka berakhir pulalah expedisi Hari Pahlawan dan Hari Ulang tahunku kali ini. “Selamat tinggal Merbabu, terimakasih sudah menyambut kami dengan kehangatan”

“Selamat Hari Pahlawan 10 Nopember 2013”
Dan
“Selamat Ulang Tahun buat diriku sendiri 12 Nopember 2013”
Semoga Tuhan senantiasa melapangkan segalan jalan buat diriku.

Semarang, 20-21 Nopember 2013
Saifudin elf





















0 comment:

Post a Comment

Welcome

Selamat Datang,
Selamat berkunjung di webblog milik Saifudin Elf, sebuah catatan sederhana dari sebuah proses dinamika berfikir, merangkai, dan menyusun kata.
"tak ada sejarah yang terukir tanpa tulisan, tak ada dokumentasi seindah lukisan Tuhan"
dengan motto tersebut, ku coba untuk menuangkan segala hasil pemikiran, jejak kaki, dan perjalanan hidup melalui webblog sederhana ini.
Kritik dan saran sangat saya harapkan,
Kritik dan saran Hubungi :
Saifudin ELF SMS/Call : 085740951321
Email : iffudz.saifudin@gmail.com
Twitter : @saifudinelf
Best Regard,
-saifudin elf-

Categories

Powered by Blogger.

Followers

Visitor


Blog Archive

Contact us

Name

Email *

Message *

Business

Instagram