Jogja,
membawaku ke masa itu;
Cristmas moment
“Kurindukan
romansa indah, saat masa-masaku masih bersamanya. Bukan sebagai kekasih ataupun
teman spesial. Namun, sebagai sahabat sejati”
Pengurus OSIS SMA Pondok Modern Selamat Kendal berpose di depan Gedung Selamat-Rahayu |
Sepertinya baru saja kemarin kuhabiskan waktu bersamanya di pesantren.
Akan tetapi, waktu nampaknya tak merelakanku tuk mengingat-ingat kembali
masa-masaku di pesantren bersamnya.
“Apa yang terjadi pada diriku saat ini ? Hingga aku kembali teringat
sosoknya. Sosok sahabat sejati yang mampu menerima segala kekuranganku”, tanyaku
dalam diri.
Malampun menjawaba pertanyaanku, “Itulah takdir Tuhan yang telah
digariskan padamu”.
Kalau saja jawaban malam adalah benar. Maka, aku termasuk orang yang
beruntung.
Pengurus OSIS SMA PMS setelah LPJ 2009 |
Tepat di hari Natal, di tahun 2012. Ku ayunkan langkahku ke kota pelajar
Yogyakarta. Walaupun seorang diri, kuberanikan diri untuk memacu kendaraanku
menuju Jogja. Tujuan awalku ingin menyelesaikan urusan akademikku dengan
melakukan proses pengajuan magang.
“Dun, besok aku mau ke Jogja, sudikah kiranya kau menampungku selama
aku di Jogja?”, tulisku dalam SMS (short message system), yang
kukirimkan pada salah satu rekanku waktu di SMA dulu, yang kini menempuh
pendidikan sarjananya di STMIK AMIKOM Yogyakarta.
“Oh iya, santai saja. Berapa orang emangnya? Berangkat kapan?”, jawab
temanku singkat membalas SMSku.
“Rencana sih, sama satu temanku. Tapi, jadi atau tidaknya ntar aku SMS
lagi dun. Besok aku berangkat agak siangan”, balasku
lewat SMS, sambil senyum.
Setelah kepastian mendapatkan tempat penampungan. Segera ku persiapkan
segala keperluan dan berkas-berkas yang akan digunakan esok hari sewaktu di
Jogja. Dalam persiapanku, terbersit dalam memoriku salah satu teman sejatiku
waktu di pesantren dulu. Teman yang pernah menjadi teman yang saling menukar curhatan
lewat sebuah buku. Ya, buku berwarna ungu yang kini di pegang temanku tersebut
menjadi saksi. Bagaimana pertemanan kita dulu. Akupun berkeinginan untuk
menemuinya. Maklum saja sudah hampir satu tahun tak kulihat paras wajah cubbynya.
Angin malam berhembus merasuk ke dalam tulang-tulangku. Kunikmati setiap
hembusan nafas dan detak jantung yang menemani penantianku malam itu. Ku
sandarkan segala keluh kesahku pada sang Kholiq. Kesetiaan malam
menemani perjalanan hidupku sehari-hari, tidak akan pernah kulupakan. Walaupun terkadang
malampun begitu kejam terhadap diriku. Tapi, malam tetaplah malam yang merupakan
ciptaan Tuhanku untukku, untuk dia dan untuk meraka.
Keesokan harinya, segera ku sapa temanku lewat SMS,
“bro aku perjalanan ke jogja ni”, tulisku
singkat.
Saat itu jam di handphoneku menunjukkan jam 10.05. Setelah
kukirim pesan SMS, segera ku pacu motorku melewati jalanan panjang menuju kota
Gudeg Yogyakarta. Kuambil jalur yang melewati beberapa kecamatan, diantaranya;
Ngaliyan dan Mijen (kota Semarang), Limbangan dan Boja (kabupaten Kendal),
Sumowono dan Jambu (kabupaten Semarang), Wilayah Kota dan Kabupaten Magelang,
hingga aku sampai juga di daerah Condongcatur Sleman Yogyakarta.
Inagurasi teater pengurus OSIS SMA PMS Kendal 2008 |
Kuinjakkan kakiku di wilayah provinsi Yogyakarta untuk yang kesekian
kalinya, tepatnya aku berhenti di depan Rumah Sakit Jogja International
Hospital (JIH) waktu menunjukkan jam 13.00. Sesuai dengan targetku, kuhabiskan 3 jam perjalanan untuk menempuh
jarak Semarang-Yogyakarta.
Kamar kos dengan lantai semen menantiku. Kurebahkan sebentar tubuhku
yang sedikit lelah, sambil ku mulai percakapanku dengan teman SMAku. Ku coba
mengobati rasa kangen akibat lama tidak berjumpa, dengan celotehan tentang
masa-masa studi di kampus masing-masing. Hingga akhirnya sampailah kami di
suatu pembahasan menarik.
“Lulus semester berapa kamu rencana, dun?” tanyaku
singkat kepada si Madun.
“Mungkin semester depan udah lulus, ini judul skrispsiku udah masuk,
terus kalau kamu lulus kapan?” sahutnya menjawab
tanyaku.
Gila bener nih teman ku yang satu ini, ditanya malah balik nanya lagi.
Mana pertanyaan itu, pertanyaan yang bikin aku jadi sedikit eror.
Terus ku jawab, “kalau berbicara mengenai lulus, aku mah belum ada
ancang-ancang dun. Boro-boro skripsi, proposal judul skripsi aja belum ngajuin,
hehehe”.
Sontak, si Madun tercengang mendengar jawabanku tersebut. Biarain saja
dia tercengang. Sekali-kali bikin dia seperti itu tidak ada salahnya kan.
Setelah percakapan singkat kami berdua. Kumulai perjalanan singkatku di kota
Gudeg Yogyakarta. Kususuri kembali jalan-jalan protokol Jogja dengan sepeda
motorku. Kebetulan kunjunganku ke Jogja kali ini sendirian. Aku pun tak
ditemani si Madun (teman SMAku).
Aku berniat untuk menuju ke Jl. Malioboro, dengan bebarapa petunjuk dari
si Madun akhirnya aku bisa sampai di Jl. Malioboro tepat jam 16.40. Kuparkir
sepeda motorku di pinggir jalan Maliobor. Setelah kuparkir sepeda motorku,
segera kubergegas untuk sholat Ashar. Selesai sholat, ku tapaki jalan Malioboro
seorang diri. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan perayaan Natal dimana hari
tersebut adalah hari libur nasional. Tak pelak jalan Malioboro dipenuhi lautan
manusia dengan berbagai macam bentuknya. Nampak pula beberapa kelompok pengamen
yang mempertontonkan kebolehannya bermain alat music tradisional, sperti
angklung, bass yang terbuat dari tong plastic, dsb. Aku sangat kagum melihat
pertunjukkan dari para pengamen jalanan Maliobor waktu itu.
2 KM dari tempat ku memarkir motorku, akhirnya ku sampai tepat di depan
tugu Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta. Kebetulan di situ adalah pertigaan,
sehingga yang Nampak adalah beberapa kendaraan yang sedang antri di lampu traffic
light. Ku tunggu adik kelas kuliah di sana. Beberapa saat kemudian, aku dan
adik kelas kuliahku pun bertemu. Ku kitari kembali jalanan Malioboro bersama
dia. Kusempatkan pula untuk mampir di warung Bakmi Jowo.
Di warung tersebut hanya percakapan-percakapan ringan yang mengiringi
kebersamaanku waktu itu.
“Gimana kuliahnya dek?” tanyaku padanya.
“Alhamdulillah baik kak, kakak sendiri gaman? Lancer juga pastinya kan?”
Jawabnya sedikit meledek.
“Alhamdulillah, paling tinggal 14 SKS saja semester ini. Lantang ku menjawab.
“Terus, bagaimana rancangan skripsinya kak? Aku lagi pusing juga ni kak,
mikirin revision tugal MP (metodologi penelitia; red.)”. Dengan
ekspresi sedikit sendu.
“Boro-boro skirpsi dek, judul skripsi, proposal dan lain sebagainya.
Permasalhannya saja belum kaka pikirkan kok, hehehe”. Jawabku
santai.
Dengan berakhirnya seporsi bakmi jowo, berakhir pula percakapanku dengan
adik kelas kuliahku. Kulanjutkan petualangan di kota Gudeng tersebut dengan
mengantarnya keliling mencari beberapa buah tangan yang akan di bawanya untuk
keluarganya di rumah.
Desember, salah satu rangkain bulan dalam satu tahun. Di mana musim
hujan biasanya segera menghampiri. Kupacu kembali motorku menyusuri jalanan
Jogja. Kali ini tujuanku adalah menyambangi salah satu rekanku di organisasi.
Masih tetap sama, hanya kesendirian dan rintik hujan yang temani perjalananku
malam itu. Ku jumpai beberapa muda-mudi yang berboncengan berjalan
mendahuluiku. Setelah itu sampailah diriku di rumah rekan organisasiku Thibbur,
rekanku yang lagi studi di UIN Jogja. Aku masih ingat, rumah si Thibbur berada
di daerah jembatan layang Janti Sleman Yogyakarta.
“Piye kabare pak?”. Tanyaku singkat.
“Alhamdulillah baik, ada agenda apa ini, kok sampai di Jogja sendirian?”.
Jawabnya singkat.
“Biasa pak, ketemu teman di Jogja. Bagaimana kemarin, setelah ngisi
kegiatan di Semarang?”. Tanyaku lagi. Kebetulan si Thibbur
kemarin pernag mengisi kegiatanku di HMJ KPI waktu agenda Purnabakti HMJ KPI
IAIN Walisongo.
“Biasa saja pud. Cuman ada salah seorang dosenku yang tahu, kemarin aku
ngisi di tempatmu”. Sahutnya.
“Wah, naik pamor berarti sekarang, hehehe”. Ledekku
ke dia.
Ditengah perbincangan ku dengan si Thibbur, datang lagi rekanku yang
lain. Dia adalah si Aif, rekanku di organisasi yang sama, anak asli Klaten. Saat
ini masih studi di UIN Jogja. Rekan satu kelas si Thibbur. Perbincangan kami
bertiga pun meluas ke berbagai aspek kehidupan. Ditemani segelas kopi panas
buatan istrinya si Thibbur perbincangan kami mengalir bagaikan air yang akan
menuju ke hulu.
Waktu telah menujukkan jam 01.30 saat kami mengakhiri perbincangan kami.
Aku berpamitan dengan si Thibbur dan si Aif untuk segera bergegas menuju
tempatnya si Madun. Udara dingin Jogja menemaniku kembali ke tempatnya si
Madun. Saat itu masih terlihat beberapa kendaraan yang berpacu di jalanan
Jogja. Beberapa warung kopi pun masih ramai dari kerumunan manusia. Tak ketinggalan
pula, beberapa warung angkringan pinggir jalan masih setia menemani beberapa
manusia di malam itu. Sesampainya di kosnya si Madun, segera kurebahkan tubuhku
yang sudah terlihat kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekatnya dunia.
Keesokan harinya, nuansa asri Jogja menyambutku dengan penuh kasih. Sang
mentari pun memperlihatkan sinarnya yang begiru indah. Ku alunkan nyanyian alam
untuk memuji anugrah-Nya. Kuambil air mandi sebagai tanda ku mulai hari-hariku
lagi. Setelah semuanya beres, ku berpamitan dengan si Madun dan mengucap
terimakasih karena telah menampungku selama 2 hari di Jogja.
Kembali kupacu sepeda motorku menyusuri jalanan kota Jogja. Kali ini
bukan untuk menemui rekan-rekanku. Akan tetapi untuk, menemukan alamat lokasi
kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di mana kamtor ADiTV Jogja berada. Hampir
satu jam lebih, hingga ku bisa menemukan lokasi kampus UAD. Tepatnya di Jl.
Kapas dekat stadion Kridosono Jogja.
Apa yang terjadi setelah aku sampai di kampus UAD. Ternyata kantor ADiTV
sudah pindah alamat di Jl. Tajem KM. 5 Jogja. Akhornya ku berbalik arah menuju
daerah stadion Maguwoharjo Sleman. Setelah hampir 2 jam. Ku berhasil menemukan
lokasi kantor ADiTV yang baru, dan yang lebih parahnya lagi. Ternyata kantor
ADiTV Jogja dekat dengan lokasi koas temanku, si Madun. Ya, kira-kira hanya7 KM
dari Condongdatur Sleman. Aku hampir saja stress hanya gara-gara mencari lokasi
kantor ADiTV yang baru.
Semua berkas yang telah aku persiapkan sebelumnya, segera kuserahkan
kepada recepsionis ADiTV. Setelah semuanya kelar, waktu sudah menujukkan jam
12.40. Kusempatkan diri untuk mengisi perut yang sepertinya sudah letih menahan
rasa lapar, sejak malam hari. Warung angkringan pun menjadi tujuanku saat itu.
Maklum saja, dengan keuangan yang mepet, hanya angkringan yang menjadi
alternative terakhir.
Adzan dzuhur memanggilku untuk melaksanakan kewajibanku terhadap sang Khaliq.
Kusempatkan sedikit waktuku untuk melaksanakan sholat Dzuhur, di salah stu
masjid di Jl. Ring Road Timur Jogja. Selesai sholat ternyata ada pesan masuk di
handphoneku. Ternyata SMS itu dari si Yazuk, teman SMA ku dulu,
yang sekarang sedang studi di Universitas Negeri Yogyakarta. (UNY).
“Masih di jogja?” tanyanya padaku.
“Iya masih, ni barusan dari daerah Maguwoharjo, habis ini aku mau pulang
ke semarang. Sebelum pulang bolehkah ku maen ke kos kamu?”. Tulisku
lewat SMS.
“Iya main saja sini, tapi aku lagi bokek. Jadi tidak ada jajan di kosku,
hehehe”. Lanjutnya.
“Masyaallha, seperti sama siapa saja. Santai saja kali. Memangnya aku
mampir kos kamu Cuma kalau mau minta jajan saja. Kos kamu mana? Tidak usah
nyiapin suguhan apa-apa. Aku cumin pengen ketemu saja”. Jawabku
sedikit kesal.
“Hehehe,masih seperti yang kemarin. Di belakang kampus UNY Gejayan”. Jawabnya
lewat SMS.
Setelah mendapat kepastian si Yazuk sedang berada di kos. Dengan
beberapa petunjuk darinya. Akhirnya ku berhasil menemukan lokasi kosnya si Yazuk.
Beberapa saat kemudian, yazuk menemuiku dari belakang. Setelah kulihat ternyata
ada perubahan darinya.
“Lho, kok sepertinya ada yang berubah”. Tanyaku
padanya sedikit meledek.
“Apanya yang berubah? Kayaknya biasa saja. Gimana kabar kamu? Kuliah
kamu?”. Jawabnya datar.
“Itu lho tubuhmy, kelihatannya tambah gemuk. Wah pasti makmur sekarang
nih. Alhamdulillah baik kabarku. Oh ya kemarin, barusan saja aku LPJ
kepengurusan HMJ KPI, heheh”. Candaku padanya.
Percakapan kami berlangsung seru. Karena kami sempat juga membahas
mengenai pembahasan masa depan pasca kuliah. Kulihat wajahnya yang sepertinya
lelah menapaki kehidupannya. Maklum saja, si Yazuk sekarang menginjak masa-masa
kahir studi. Proposal skripsinya pun sudah masuk, tinggal menunggu siding. Beda
dengan diriku yang masih saja terbuai dengan romansa studi S-1 di kampus.
Si Yazuk adalah teman SMA ku yang dulu sering curhat denganku. Aku pun
juga sering curhat dengannya. Aku masih ingat betul dengan masa-masa ku di SMA
dulu. Lewat buku berwarna ungu darinya, yang bertuliskan “My Mood Today”. Dia
mencurahkan segala isi hatinya kepadaku. Aku tak tahu bagaimana proses awal
hingga kami bisa saling curhat seperti itu. Tapi yang jelas, aku merasakan hal
yang luar biasa saat pertama dia curhat kepadaku. Menuliskan isi hatinya dalam
buku ungu itu. Kemudian kubacalah tulisannya, yang kutahu waktu itu. Ini teman
yang bagiku teman sejatiku, karena dia tak melihatku dari apapun. Tapi
ketulusanlah yang membawanya mau menuangkan curahan hatinya padanya. Aku pun
hanya bisa membalasnya, dengan curahan isi hatiku juga. Kutuliskan isi hatiku,
tentunya agar dia tahu.
Berawal dari curahan hatinya yang dia tuliskan lewat buku ungu tersebut.
Akhirnya berlanjut dengan tulisan-tulisan curhat yang lainnya. Tak hanya isi
hati saja yang kami tuliskan lewat buku ungu tersbut. Tetapi, kamipun sempat
membincangkan masa depan kami pasca SMA. Kebetulan waktu itu aku dengan si
Yazuk, sama-sama sedang menempuh pendidikan di salah satu pesantren yang
terletak di kota Kendal. Tak ada kata cinta, tak ada kata sayang dan tak ada
kata-kata bijak yang mengiringi hubunganku dengannya. Hanya ada rasa saling
mengerti, rasa saling memahami sebagai seorang sahabat sejati.
Seandainya waktu itu aku mampu berkata padanya, inginku ungkapkan;
“Terima
kasih kau telah mau menjadi sahabatku. Terima kasis kau telah mau menerimaku
sebagai sahabatmu. Dan terima kasih kau mau menjadi bagian sejarah dalam
hidupku. Semoga kelak Tuhan bersedia mempertemukan kita kembali walaupun dengan
jalan kita masing-masing”
Moment Natal tahun ini telah membawaku, kembali mengurai memori masa
laluku. Terima kasih Tuhan, telah kau berikan kesempatan kepadaku untuk sampai
di hari ini. Jogja, membawaku ke masa itu;Cristmas moment. J
ELF Journey di penghujung senja akhir tahun 2012 J
Semarang, Akhir Desember 2012- 5 Januari 2013
0 comment:
Post a Comment