Tuhan Membawaku ke Puncak Merbabu J
Catatan akhir; perjalanan panjang menuju puncak Merbabu
Oleh; ELF Journey
Sampai di Basecamp Pak Parman Dk. Genting Selo Boyolali |
Sebenarnya sederet rencana sudah pernah
aku susun. Namun, terkadang kehendak Tuhan tidak sesuai dengan rencana yang
direncanakan. Tapi apalah daya, diriku hanyalah hamba yang memiliki
keterbatasan daya upaya. Satu persatu rencana yang sudah aku susun rapi,
satu-persatu gagal di tengah jalan. Mulai dari rencanaku weekend di
moment liburan Natal dengan mengunjungi kota Tegal, akhir tahun di kepulauan
Katimun Jawa Kabuoaten Jepara.
Namun, kiranya Tuhan memilihkanku sebuah
jalan yang begitu indah buatku. Ketika rencanaku kandas di tengah jalan. Tuhan
telah mempersiapkan sebuah perjalanan diriku ke kota Gudeg Jogja. Setelah
sebelumnya sempat berencana ke Tegal, tapi akhirnya ke Jogja. Hingga rencana
akhir tahun di Karimun Jawa, Tuhan menggatikannya dengan perjalanan yang luar
biasa, yaitu perjalanan menuju Puncak Gunung Merbabu 3124 Mdpl (meter di atas
permukaan laut) Boyolali.
Setidaknya aku sempat merasakan, akan
indahnya rencana Tuhan yang diberikan buat diriku. Ke temukan indahnya alam
yang Tuhan ciptakan buat manusia. Kesan yang mendalam yang aku dapatkan pasca
pendakianku di Puncak Gunung Merbabu. Walaupun dengan perjuangan yang luar
biasa beratnya, akhirnya ku berhasil mencapai Pos Sabana 1 puncak Merbabu
melalui jalur pendakian Selo Boyolali.
Perjalanan panjang telah aku lalui dengan
beberapa orang sahabatku sebelum akhirnya ku berhasil menginjakkan kaki di pos
Saban 1 puncak Merbabu. Dengan persiapan yang hanya semalam, dan dengan
keterbatasan peralatan serta pendanaan. Kutekadkan bulat untuk mendaki puncak
Merbabu.
Tapat hari jum’at 28 Desember 2012,
setelah rencana ke Karimun Jawa gagal. Ku tulis pesan singkat dengan handphoneku.
Kukirimkan ke salah seorang juniorku Arif. Mahasiswa jurusan KPI semester 1.
“Rip, tahun baru
kemana ni rencananya?”. Tanyaku melalui SMS.
“Belum tahu nie mas”.
Jawabnya, seperti belum tahu maksudku.
“Muncak yuk”. Ajakku singkat.
“muncak kemana mas?
Kapan?”. Tenyanya kepadaku.
“Ke Gunung Sindoro
Temanggung, sabtu pagi kita berangkat. Teman-teman di ajak ya”. Ajakku serius.
“OK, mas. Ntar
teman-teman tak SMS”. Jawabnya tegas.
Tersebarlah pesan singkat dari Arif kepada
teman-temannya. Setelah itu, sampailah aku di Jum’at malam. Kusambangi rumah si
Marko (mahasiswa KPI semester 1). Kuajaklah dia untuk ikut serta dalam kegiatan
pendakian kali ini. Hingga akhirnya aku beserta para juniorku menyepakati untuk
merubah tujuan pendakian. Dari tujuan semula ke puncak gunung Sindoro
Temanggung menjadi ke puncak gunung Merbabu Boyolali.
Waktu yang semakin mepet dengan waktu
pelaksanaan, membuat kami mempersiapkan segalanya dengan penuh keterbatasan.
Sabtu sore, mulai menampakkan kegagahannya kepadaku. Beberapa sahabatku yang
berkeinginan untuk ikut pendakian berkumpul di depan kantor Dekanat Fakultas
Dakwah. Membincangkan serta mengecek keperluan sebelum pendakian.
Sempat terjadi beberapa tragedy sebelum
aku dan sahabat-sahabatku berangkat menuju Boyolali. Ternyata ada beberapa
teman yang mengurungkan niatnya di tengah perjalanan karena beberapa alas an
yang tidak bisa disebut satu-persatu. Dari jumlah awal 12 orang yang berencana
melakukan pendakian. Tinggal menyisakan 8 orang yang siap lahir bathin
melakukan pendakian di puncak gunung Merbabu.
Sekitar pukul 20.00 kami berangkat menuju
Boyolali. Angin malam yang begitu munusk tulang serta gelapnya jalanan tidak
mengendurkan niatan kami. 3 jam lebih kami menghabiskan waktu di jalanan
Semarang-Boyolai. Hingga akhirnya kami sampai di rumah kerabat kami si Marko
yang berada di desa Sumber kecamatan Sino yang masuk dalam wilayah kabupaten
Boyolali Jawa Tengah.
Sambutan ramah, dengan senyum lebar
mewarnai kedatangan kami di rumah si Marko. Masih sangat jelas di pikiran
bagaimana sambutan orang tua si Marko kepada kami. Hangat dan menyenangkan.
Rasa letih pun menghampiri kami begitu kami memasuki rumah sederhana di salah
satu sudut kabupaten Boyolai. Dunia mimpi kami pun segera menghampiri kami. Ya,
tepat sekali; kami tertidur dengan pulasnya. Hingga akhirnya perjalanan
lanjutan yang kami rancanakan akah kita mulai setelah Shubuh harus diundur
sampai jam 08.00.
Puncak Kenteng Songo tampak belakang |
Dari Simo-Selo, kami menghabiskan waktu 2
jam. Karena kami sempat berhenti di beberapa tempat untuk membeli perlengkapan
pendakian dan memebeli beberapa keperluan logistic yang akan kami gunakan saat
pendakian. Setelah semua perlengkapan dan logistic sudah di tangan. Pendakian
siap dilakukan.
Setikar jam 10.00 kami sampai di basecamp
pak Parman, salah satu basecamp terakhir sebelum memasuki jalur pendaikan Selo
Boyolali. Kami pun mengurus administrasi pendakian. Mulai dari jasa retribusi
pendakian hingga laporan adanya kegiatan pendakian. Tak ketinggalan packing segala
keperluan kami lakukan di sana.
Jam 10. 23 kami memulai pendakian menuju
puncak Merbabu 3124 Mdpl. Di awal perjalanan kami di sambut dengan pintu
gerbang yang mendakan titik awal pendakian Merbabu melalui Jalur Selo. Sekitar
2 jam perjalanan dari titik awal pendakian, akmi pun sampai di pos 1 Dok
Malang. Walaupun harus bersusah payah untuk sampai di pos 1, sampai-sampai aku
harus tergeletak sejenak selama kurang lebih 15 menit di tengah perjalanan
menuju pos 1.
Dari pos 1 Dok Malang menuju pos 2
dibutuhkan waktu selama 2 jam. Setelah pos 2, kami sudah tidak tahu lagi sudah
sampai mana. Karena kami baru melakukan pendakian ke puncak Merbabu untuk yang
pertama kalinya. Tetesan keringat yang membasahi kami, semakin membuat semangat
kami terpacu untuk segera sampai di puncak. Kondisi tubuhku yang pada waktu itu
tidak menentu, membuat perjalananku sedikit terganggu. Sehingga seringkali aku
mengambil istirajat di tengah-tengah perjalanan. Beruntungnya, Tuhan masih
memberiku kekuatan untuk melnajutkan perjalanan.
Gerbang Jalur Pendakian Merbabu via Selo |
Suasana malam saat itu, begitu mencekam.
Berbeda dengan puncak gunung yang sebelumnya pernah aku daki. Suasana di gunung
Merbabu begitu dingin menusuk tylang. Ditambah nuansa yang sedikit mistis
membuat waktu malam saat itu, begitu lama berjalan. Di tengah masa-masa
istirahat kami, terdengar beberapa kali opera pendaki lain yang baru saja tiba,
kemudian mendirikan tenda juga di sekitar tempat kami mensirikan tenda.
Hari sabtu, 31 Desember 2012 menyambut
kami dengan suasana yang berbeda. Sinar sun rise dari ufuk timur begitu
indah di mata. Ditambah hembusan angin pegunungan semakin menambah kemesraan
kami dengan alam semesta ini. Desiran lautan ilalang juga mengiringi kami
menatap sinar sun rise yang nampak cantik. Mata ini seolah tidak mau
berkedip, melewatkan sedetik pun waktu kami untuk menikmati alam ciptaan Tuhan
dari atas gunung Merbabu. Dari arah timur pula terlihat samar-samar jajaran
gunung Lawu yang sedikit tertutup awan.
Selain pemandangan sun rise di ufuk
timur, di sebelah kanan tempat kami berdiri berdiri tegak gunung Merapi. Gunung
berapi yang paling aktif di dunia, terlihat tinggi menjulang gagah dengan
puncaknya yang masih tertutup kabut tebal. Di sebeleah kiri kami berdiri pula
puncak Syarif dan puncak Kenteng Songo yang memanggil kami untuk segera
mendakinya. Tak ketinggalan pula, pemandangan indah di belakang kami, gunung
Sindoro dan Sumbing juga terlihat jelas, walaupun dengan ukuran yang sangat
kecil. Agaknya waktu itu kami sedikit beruntung karena cuaca cerah. Sehingga
pemandangan yang tidak bisa dilihat oleh semua pendaki gunung Merbabu karena
cuaca yang terkadang tidak mendukung.
Melihat pemandangan yang maha dahsyat dari
gunung Merbabu, kami menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto-foto
narsis dengan background pemandangan-pemandangan tersebut. Setelah puas
berfoto-foto. Perut terasa lapar, kunyalakan kompor kumasak beberapa mie instan
untuk mengganjal perut kami. Sambil memasak mie instan, kami menyempatkan diri
untuk membincangkan rencana selanjutnya. Dari hasil perbincangan akhirnya
disepakati untuk mengakiri pendakian ini. Mengingat kondisi dan juga perbekalan
yang tidak memungkinkan.
Setelah sarapan pagi, kami bergegas untuk
segera turun menuju basecamp pak Parman. Di luar dugaan kami, waktu yang
dibutuhkan dari atas sampai ke bawah hanya 2 jam. Padahal waktu untuk sampai ke
puncak hampir 8 jam. Benar-benar di luar perkiraan kami. Dalam perjalanan turun
ke bawah, kami berpapasan dengan banyak pendaki lain, yang ingin menghabiskan
malam pergantian tahun di atas puncak Merbabu. Tapi bagi kami sudah cukup
menyenangkan walaupun belum sampai puncak, yang terpenting pengalaman pertama
ini bisa tersimpan di memori kami.
Tuhan,
Sungguh indah alam ciptaanMu…
Gunung, sawah, hutan dan lautan adalah
buktinya…
Dalam setiap hembus nafasku,
Ku panjatkan do’a dan harapanku padaMu,
Ijinkahlah hamba untuk menikmati alamMu
Walau ku tahu, ku bukanlah khalifah yang
sempurna,
Tapi usahaku tak akan pernah padam
untuk menikmati kesempurnaan alam
ciptaanMu..
Hembusan anginMu tak pernah bosan untuk
menggontaikanku,
Sinar MentariMu tak pernah lelah menerangi
langkahku,
Aliran darahMu dalam tubuhku tak pernah
mengeluh untuk menghidupiku,
Namun, waktuku telah banyak terbuang tanpa
menyebut namaMu,
Tenagaku, terbuang sis-sia tanpa ada usaha
berbakti padaMu,
Walaupun diriku begitu hina,
Namun ijinkan hamba untuk menikmati
alamMu….
ELF Journey, 29-31 Desember 2012
Write On; Semarang, 6 Januari 2013
Numpang ng-share photo-photo hasil jepretan kemarin :D :
Dk. Sumber Simo Boyolali |
Tiket Pendakian Merbabu |
Pos 1 Dok. Malang |
Gunung Merapi tampak belakang |
Sun Rise dari Pos Sabana 1 |
Gunung Lawu Tampak Samar-samar |
Puncak Sindoro tampak jauh |
Berpose dengan latar Gunung Merapi |
Tikungan Macan gunung Merbabu |
Ketep Pass Volcano Centre Magelang |
wua.. indah banget, jadi pengen naik gunung. haha..
ReplyDeletehehehe,,,
ReplyDeletememang indah teh, apalagi kalo bisa ngeliat sun rise :) :) :)