THE SPECIAL MOMENT ON MY BIRTHDAY
“Terdampar dalam Ketidakpastian”
(Expedisi Mt. Merbabu 3142 Mdpl)
Tak terasa sudah 22 tahun diriku hidup di dunia ini.
Itu tandanya umurku pun semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Tahun
2013, bagiku tahun yang cukup special. Banyak hal yang bisa ku dapat di tahun
ini, walaupun di tahun ini pula belum mampu kesabet tetel gelar Sarjana. Tapi,
tak apalah. Aku sudah pernah berkata kepada kedua orang tuaku, bahwa mungkin
saja di tahun ini aku belum mampu untuk memenuhi keinginan mereka menyandang
gelar sarjana.
Sebagai salah satu bentuk penghormatanku kepada
keduanya, sudah kuikrarkan janji untuk menghidupi diriku sendiri, terlepas dari
bebanku terhadap keduanya. Ya, walaupun terkadang masih saja diberi penghidupan
dari keduanya, tapi intensitasnya dapat sedikit aku kurangi.
Usia 22 tahun bagiku, bukanlah usia muda lagi. Harus
ku mulai sebuah langkah untuk menghadapi kehidupan ke depan. Aku pun tak mau
melwatkan moment special dalam hidupku ini. Ya, karena moment ini hanya datang
setahun sekali. Itu pun kalau Tuhan masih memberikan kesematan.
Sebuah rencana besar sebelum masuk ke moment hari
ulang tahunku telah aku persiapkan. Rencana untuk menghabiskan moment special
ulang tahun dengan mendaki atap pulau Jawa puncak Mahameru pada awalnya telah
aku persiapkan jauh-jauh hari. Tapi, apalah daya manusia hanya bisa
merencanakan, tapi Tuhan juga lah yang menentukan.
Sebulan sebelum moment sesialku tiba telah aku susun
rencana pendakian Gunung Semeru matang-matang. Hingga sudah kuhubungi salah
satu rekanku yang tinggal di daerah Lumajang Jawa Timur. Namun, sekali lagi
Tuhan berkehendak lain. System Booking kuota pendaki yang
diterapkan oleh Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tak mampu untuk
menerobosnya. Berapa kali kucoba untuk melakukan booking kuota pendaki di
halaman situs www.bromotenggersemeru.com selalu gagal. Selalu tertera tulisan, “Maaf, jadwal pendakian tidak
ada”. Aku pun sempat kecewa dengan kenyataan ini.
Seiring berjalannya waktu, Tuhan pun membawaku kepada
5 hari sebelum hari H. Hingga aku menentukan untuk membuat sebuat rencana
Pendakian Gunung Merbabu. “Semeru tak bisa, Merbabu pun tak apa”, gelisahku
dalam diri.
Yap, kuambillah handphone ku untuk memberitahukan
kabar rencana pendakianku ke Gunung Merbabu kepada beberapa temanku. Siapa tahu
ada yang berkenan ikut. Gunung Merbabu memang tak setinggi Gunung Semeru yang
memiliki ketinggian 3676 Mdpl. Sedangkan Merbabu hanya memiliki ketinggian 3142
Mdpl. Tapi setidaknya ini bisa mengobati kekecewaanku waktu itu, serta sebagai salah
satu cara menebus dosaku yang pada 29 Desember 2012 ketika pendakian Gunung
Merbabu via jalur Selo Boyolali aku belum mampu untuk menggapai puncaknya.
“Kali ini, aku harus mampu sampai puncak Kenteng songo (salah satu puncak
Merbabu)”, tekadku dalam hati.
Setelah itu, kubuatlah sebuah selebaran dengan membawa
nama komunitasku, “Mahonipala Semarang” Pendakian Napak tilas Hari Pahlawan.
Ya, kebetulan aku merencanakan pendakian pada tanggal 9-10 Nopember yang
bertepatan dengan moment hari pahlawan dan 2 hari sebelum hari ulang tahunku.
Sebauh mimpi besar memperingati hari kelahiran di atas puncak gunung.
Hari yang di tunggu pun tiba. Sabtu pagi tanggal 9
Nopember 2013, sekitar pukul 10.30 aku bersama 5 orang temanku yang berkenan
menemani pendakianku kali ini memacu kendaraan menuju Kawasan Wisata Kopeng
Getasan Kab. Semarang. Bukan untuk wisata di Kopeng memang, tapi untuk menuju
ke salah satu gerbang pendakian Gunung Merbabu 3142 Mdpl. Ku lewati jalanan
Kota Semarang, Ungaran, Salatiga hingga akhirnya sampai juga di kawasan wisata
Kopeng.
Rencana awal, aku ingin mendaki Gunung Merbabu
melewati jalur Tekhelan. Namun, karena suatu kendala teknis akhirnya kami
putuskan untuk lewat jalur Cunthel. Cunthel adalah salah satu dusun di Kawasan
Kopeng yang menjadi salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Tanpa berfikir
panjang dengan segera kususuri jalanan yang cukup sempit melewati jalan aspal
yang cukup menanjak, di temani sejuknya suasana pegunungan serta hijaunya kebun
sayur milik penduduk sekitar sampailah diriku di basecamp pendakian gunung
Merbabu via Cunthel.
Sesampainay di basecamp Cunthel, segera ku rebahkan
tubuh untuk sejenak beristirahat serta mengumpulkan tenaga untuk memulai
pendakian. Tak lupa kami pun menunaikan sholat ashar di basecamp Chuntel. Setelah
sholat ashar, aku bersama teman-temanku packing keperluan pendakian.
Dengan bermodal tas carier butut, serta beberapa logistic keperluan pendakian
aku sd-udah siap mengawali langkah dalam proses pendakian Gunung Merbabu untuk
kedua kalinya.
Sebelum kaki kami melangkah, kami menyempatkan diri
untuk berdo’a sejenak kepada Tuhan agar diberikan keselamatan dalam pendakian
kali ini.
Tepat pukul 15.25 saat aku dan teman-teman mengawali
langkah dalam proses pendakian kali ini. Tujuan kami yang pertama adalah sampai
di Pos 3 yang memiliki ketinggian sekitar 2800-an Mdpl untuk mendirikan tenda.
Sebelum sampai di Pos 3, kami haru melewati Pos Bayangan 1, Pos Bayangan 2, Pos
1 dan Pos 2 dengan memakan waktu sekitar 3,5 – 4 jam perjalanan.
Di awal perjalanan kami harus melwati jalanan yang
cukup menanjak melewati kawasan kebun sayur milik penduduk kemudian kami
melewati kawasan hutan gunung Merbabu yang tidak terlalu lebat. Kondisi salah
seorang temanku yang mengidap asma cukup menyulitkan perjalanan kami. Beberapa
kali, kami harus beristirahat cukup lama untuk menunggu rekan kami yang
kehabisan nafas. Tak jarang pula kami haru melakukan jeda, 10-20 langkah
istirahat 2 menit. Hal ini pula yang cukup memberikan efek perjalanan yang
terasa cukup lama. Tapi tak apalah, ini sebagai salah satu cara untuk menguji
kesabaran kami.
Senja pun mulai menghampiri, dinginnya suhu pegunungan
ditambah semakin gelapnya suasana saat itu semakin membuat kami kuat untuk
terus melangkah bersama. Tidak hanya itu, setelah melewati pos 2, kami harus
bertemu dengan lahan/ punggung gunung yang cukup terbuka. Hal ini memaksa kami
untuk melawan angin kencang yang membawa hawa dingin hingga kami pun sampai di
Pos 3. Angin kencang ternyata tak sudi untuk meninggalkan kami. Dia terus saja
menemani perjalanan kami, hingga kami akhirnya meutuskan untuk mendidrikan
tenda di atas pos 3 dengan tujuan untuk berlindung dari kencangnya angin gunung
yang ada di sekitar pos 3.
Ku bongkarlah tas carierku, kemudia ku keluarkan
tendan yang ada di dalamnya. Aku bersama salah seorang rekanku mendirikan tenda
dengan segala keterbatasan. Sedangkan yang lainnya duduk melihat kami
mendirikan tenda, karena mereka kedinginan. Setelah tenda berdiri kusuruhlah
mereka masuk ke dalam tenda untuk menghangatkan tubuh. Kuberikan jaket dan
srungku kepada temanku yang berada di dalam tenda. Sementara aku dengan hanya
mengenakan celana pendek serta kaos oblong menyiapkan masakan untuk kami makan
malam itu.
Hawa dingin yang teramat dingin tak menyurutkan
semangatku malam itu, aku terus bertahan di tengah dinginnya hawa pegunungan.
Aku sudah cukup terbiasa dengan kondisi semacam ini, karena prinsipiku ketika
berada di alam, “Hawa dingin itu tidak utnuk dilawan, tapi dirasakan”.
Setelah semuanya siap, kami pun makan malam dengan menu
seadanya dari bekal yang kami bawa dari bawah. “Teman-teman, nanti kita bangun
jan 2 pagi untuk melakukan Summit attack”, kataku pada mereka di
tengah-tengah makan malam kami. Setelah selesai makan malam, kami menyematkan
diri untuk bercanda sejenak sambil menunggu kantuk datang.
Istirahat malam ku waktu itu, tak sepulas seperti
biasanya. Maklum saja, dengan kondisi tanah yang sedikit miring membuatku
kurang nyaman untuk beristirahat. Namun, aku tetap bersyukur kepada Tuhan. Ternyata
alam masih menyambut kedatanganku dengan segala keterbatasannya.
Waktu menunjukkan pukul 02.30 saat aku terbangun dari
tidur. Aku segera bersiap untuk summit attack. Angin gunung masih
bertiup dengan kencangnya. Hening malam tak dapat aku tutupi dengan apapun. Tak
ada tanda-tandakehidupan dari pendaki lain, selain kami. Salah seorang temanku
berkata kepadaku, “nda, kamu mantap untuk nyummit sekarang? Tidak ada
[endaki lain juga yang nyummit jam segini?”. Aku hanya dapat terdiam
mendengar kata-kata dari temanku tersebut.
Perasaan gundah, ragu serta galau berkumpul jadi satu
di atas ubun-ubunku. Antara ya atau tidak untuk nyummit pagi itu. “Lha
kamu sendiri gimana nda? Aku mantap nyummit sekarang”, kataku tegas
menyahuti pertanyaannya tadi.
“Kalau aku tidak kuat nda, dingin banget”, jawabnya
singkat
“Lha gimana, dirimu ada niatan untuk nyummit tidak?”,
lanjutku.
“ada nda, tapi tidak sekarang, tapi mungkin besok pagi”,
jawabnya sambil melihat ke arahku.
“Oke nda, kalau kamu memang ada niatan buat nyummit.
Ya sudah, besok kita berdua nyummit pagi-pagi”, jawabku meyakinkan.
Rencana awal diriku yang punya keinginan untuk nyummit
dini hari akhirnya kandas. Mengingat kondisi temanku yang tidak
memungkinkan. Ditambah lagi dengan kondisi medan yang cukup ekstrim saat itu. Keinginanku
untuk menikmati sunrise di atas puncak Kentengsongo gunung Merbabu pun harus
kandas juga.
Setelah itu, aku pun melanjutkan kembali istirahatku. Hingga
pagi hari menjelang saat aku kembali terbangun. Segera ku bergegas untuk
melakukan segala persiapan menjelang summit attack. Tak lupa ku
memperispakan makan pagi bersama salah seorang temanku. Menu kali ini, kami
menggunakan 4 bungkus mie instan yang kami bawa dari bawah. Tanpa pikir
panjang, setelah semuanya siap kami segera sarapan.
Tepat jam 06.55 menit saat ku mulai start summit
attack. Kali ini aku hanya berdua dengan temanku. Sementara 4 orang lagi
temanku tinggal di tenda. Mengingat kondisi mereka yang sudah memungkinkan
untuk melanjutkan expedisi. Berbekal 2 botol air mineral ukuran sedang aku dan
seorang temanku melanjutkan expedisi. Kali ini medan yang dilalui lebih menajak
disbanding sebelumnya. 30 menit berselang aku sampai di pos IV atau pos
pemancar. Cuaca yang tak mendukung di tambah angin badai yang cukup kencang
memaksa kami untuk beristirahat cukup lama di pos IV. Beberapa kali kabut tebal
menghalangi perjalanan kami. Hal ini menambah suasana seram waktu itu. Kami pun
sempat tertidur beberapa saat di pos IV.
Setelah dirasa kondisi cukup memungklinkan kami
melanjutkan expedisi kembali. Yah kali ini kami harus menuruni bukit, kemudian
di depan kami sudah menunggu rangkaian “Jembatan Setan” yang terkenal dari gunung
Merbabu. Asap belerang seolah tak sungkan untuk menyambut kami melewati
rangkaian jembatan setan tersebut. Hampir saja seorang rekanku yang menemani summit
attack berputus asa ingin menyudahi expedisi kali ini. Tapi dengan segala
cara aku terus memberikan semangat untuk terus berjalan ke depan. Walaupun akhirnya
rekanku tersebut menyerah di jalan sebelum persimpangan jalan ke puncak Syarief
dan puncak Kentengseongo. Hal inilah yng memaksaku untuk berjalan ke pucak sendirian.
Sementara temanku menunggu di bawah tempat kami terakhir kali berhenti.
Puncak Kentengsongo sudah nampak jelas di depan mata,
hanya tinggal beberapa langkah saja puncak itu mampu ku gapai. Berbekal semangat
dan tekad yang bulat, akhirnya aku bisa sampai di puncak Kentengsongo 3142 Mdpl
sekitar pukul 10.50. Nampak sudah terloihat beberapa pendaki lain yang sudah
lebih dulu sampai di puncak. Tak lupa aku mengucapkan syukur masih diberikan
kesempatan untuk menginjakkan kaki di puncak Merbabu. Setelah iu kucarilah
kertas kosong. Kutuliskanlah “Selamat Hari Pahlawan 10 Nopember 2013 dan
Selamat Ulang Tahun Ipud ke-22 12 Nopember 2013”.
Setelah beristirahat serta mengambil beberapa
dokumentasi gambar di atas puncak. Aku segera turun ke bawah untuk menemui
rekanku. Waktu menunjukkan jam 11.50 saat aku mulai menuruni puncak. Namun,
begitu aku sampai di tempat di mana temanku tadi menunggu diriku ternyata tidak
kujumpai batang hidungnya berada di situ. Ku cari ke berbagai sudut di sekitar
tempat tersebut. Namun, tetap saja tak dapat aku jumpai diriny. “Ah, mungkin
saja dia sudah turun duluan”, pikirku.
Tanpa berikir panjang segera kutinggalkan tempat itu
untuk terus berjalan menuruni bukit demi bukit. Sesekali kesempatkan untuk
beristirahat menghela nafas. Satu jam kemudian tibalaha kembali diriku di atas
pos 3, tempat dimana semalam kami mendirikan tenda. Nampak, beberapa temanku yang
tinggal di tenda sudah mempersiakan menu santap siang. Akan teta[I, ternyata
temanku yang menemaniki nyummit belum sampai di tenda. Hampir satu jam
setelah kedatanganku di tenda, temanku baru saja tiba di tenda. Setelah semuanya
berkumpul di tenda kami pun segera mengisi perut kami yang sudah mulai
keroncongan. Namun, aku tak ikut makan siang waktu itu. Karena aku melihat
teman-temanku lebih membutuhkan makanan tersebut untuk bekal turun nanti. Aku bertahan
dengan segala kondisiku saat itu.
Tenda yang sudah mulai mongering dari tetesan embun
pagi tadi, segera ku kemas masuk ke dalam tas. Tak lupa kami membersihkan
sampah-sampah yang kami timbulkan di tempat tersebut. Pukul 15.30 kami mulai
berjalan kembali turun menuju basecamp pendakian jalur cunthel. Satu jam
berselang kami telah sampai di basecamp. Dengan sampainya kami di basecamp
pendakian gunung Merbabu via jalur Cunthel, maka berakhir pulalah expedisi Hari
Pahlawan dan Hari Ulang tahunku kali ini. “Selamat tinggal Merbabu, terimakasih
sudah menyambut kami dengan kehangatan”
“Selamat Hari Pahlawan 10 Nopember 2013”
Dan
“Selamat Ulang Tahun buat diriku sendiri 12 Nopember
2013”
Semoga Tuhan senantiasa melapangkan segalan jalan buat diriku.
Semarang, 20-21 Nopember 2013
Saifudin elf
0 comment:
Post a Comment