18 June 2012



Puaskah ?


Suasana malam yang begitu sendu, sesekali terlihat sinar rembulan yang menerobos melewati awan gelap. Terdengar suara penuh dengan kegeraman akan keadaan diri yang muncul di balik sebuah ruangan dalam rumah. Hanya tanda Tanya yang muncul tatkala fikir ini menerka akan semua itu.
Dibalik pintu terdengar perbinangan antara dua orang sahabat.
Siska           : ran, aduh mataku kok semakin sayup seperti ini ya ?
Rani            : wah itu berarti tandanya waktu udah semakin larut ni, ya udah kamu tidur disini saja ya..!!!
Siska           : waduh aku ndak enak sama kamu ran, karena dari tadi aku melihat kamu seperti orang yang sedang berada dalam lingkaran masalah yang begitu sulit.
Rani            : tidak kok sis, mungkin aku sedang membutuhkan ketenangan batin, membutuhkan istirahat sejenak untuk melepas penat.
Siska           : oh gitu ya ran, ya sudah sekarang aku mau pulang ke rumah saja, dan udah-mudahan di malam yang sunyi ini kamu bisa mendapat ketenangan batin yang kau butuhkan. Dan semoga apa yang menjdi beban pikiranmu bisa terlepaskan dan terebah dalam istirahatmu.
Rani            : terima kasih ya sis, atas segala waktu yang kau curahkan selama ini, hati-hati di jaan ya sis, selamat malam.

Siska meninggalkan rani yang dang penuh keresahan bathin, dan dari balik pintu terdengar suara langkah kai mendekati ruang kamar rani. Ibu rani mendekati rani di dalam kamarnya……
Ibu             : rani, apakah kamu sudah makan malam, sudah minum obat, sudah belajar, sudah membersihkan diri, suda persiapan buat kegiatan esok pagi??
Rani            : sudah ibu, sekarang rani mau meneruskan belajar dulu trus habis itu tidur
Ibu             : oh ya….. jangan lupa sebelum tidur gosok gigi, cuci muka, dan siapkan keperluan buat les privatmu besok.
Rani            : iya ibu….
Ibu             : eh…eh…. Satu lagi kalau belajar jangan sampai larut malam, karena kamu harus jaga kondisi untuk les biola besok.
Rani            : iya ibu…. Iya…., setiap hari selalu kata-kata seperti ini yang kau dengar, apakah tidak ada kata-kata yang lain?
Ibu             : rani, apa yang kau atakan? Cepat laksanakan apa yan ibu katakan.
Rani            : hufft, betapa sulitnya aku menjalani kehidupan yang terus seperti ini, tanpa ada variasi dan bunga-bunga kehidupan dunia. Tanpa ada liku-liku kehidupan. Yang ada hanya stagnanisasi langkah.

Rani bergegas melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti malam-malam sebelumnya, hanya isapan jempol yang dapat dilakukan menuruti setiap perintah dan seloteh ibunya, didalam kepengapannya terdengar suara langkah kaki mendekat menuju kamar rani. “tok…..tok…tok…”, suara ketokan dibalik pintu kamar.
Ayah           : rani, rani, sudah tidur belum nak??
Rani            : belum ayah, masuk saja, pintunya tidak rani kunci kok yah.

Ayah mendekati rani yang sedang sibuk diatas kursi meja belajar.
Ayah           : rani, apa yangs sedang kamu rasakan, sepertinya ada hal yang mengganggu pikiran mu, wajahmu terlihat begitu murung.
Rani            : tidak kok yah, rani tidak kenapa-napa, mungkin hanya butuh istirahat saja kok yah.
Ayah           : oh…yaa sudah kalau seperti itu adanya, ayah cuman berpesan, jangan banyak pikiran yaa ran, kalau tidur jangan malam-malam biar esok bisa lebih fresh, kamu bisa ngejalanin aktifitas. Dan juga konsen dengan les biolamu.

Rani tiba-tiba menangis, mencoba untuk mengungkapkan perasaanya, tiba-tiba air mata menetes dari kedua mata rani dan merembes disela-sela kain baju rani..
Rani            : hiksss…hiks….hiks…
Ayah           : rani kenapa air matamu menetes membasahi pipimu, adakah yang bisa ayah lakukan untuk menghentikan kucuran air mata yang mengalir deras dipipimu itu.
Rani            : tidak kenapa-napa kon yh, mungkin itu hanya pengaruh angin malam yah.
Ayah           : tidak rani, ayah merasa kau sedang memendam perasaan yang kau simpan dalam-dalam selama ini. Ayo ceritakan semua pada ayah.
Rani            : ayah, rani cuman Tanya
Ayah           : Tanya apa rani, bicaralah, ayah akan mencoba mendengarkan setiap kata yang kau ucapkan dari hatimu, bicaralah rani, ayo bicaralah!!
Rani            : yah, apakah layak? Apakah pantas dan apakah berhak seorang anak menhiraukan apa yang kedua orang tua nya perintahkan? Apakah bisa seorang anak mengingkari apa yang kedua orangtuanya inginkan kepada anaknta? Tatkala seorang anak tersebut merasakan ketidanyamanan akan semua hal tersebut.
Ayah           : maksud dari kata-kata mu apa rani? Ayah semakin bingung dengan keadaanmu saat ini, bicaralah rani !!!!!

Rani hanya terdiam seribu bahasa……………..
Ayah           : apakah kamu sudah tidak mempercayai ayah lagi sebagai orang yang peduli dengan kehidupanmu??
Rani            : ayah mungkin tidak akan bisa memahami apa yang rani katakan, karena  ayah tidak berada pada posisi rani sekarang.
Ayah           : rani, cepatlah kau katakan apa yang sedang kau rasakan, jangan membuat ayah semakin bingung dengan ribuan kata-kata yang kau umbar seperti teka-teki dalam surat kabar yang beredar da dalam kota-kota besar itu.

Rani            : ayah, sudah puaskah ayah dan ibu mengekang rani??? Sudah puaskah kalian mengatur rani?? Sudah cukupkah ranimemendam perasaan ini? Sudah selesaikah aturanaturan yang ada dalam kerajaan masih kalian terapkan kepada rani?? Rani capek yah, rani menderita, rani terkekang, rani sungguh tersiksa dengan ulah kalian, seperti para diktator yang berkuasa dinegara-egara ditimur tengah, tidaaaaaakkk…..!!!!
Ayah           : rani, rani, rani……

Ibu rani tiba-tiba masuk kedalam kamar yang penuh dengan tanda Tanya, sang ayah hanya bsa melamun melihat putrid semata wayangnya mencurahakan perasaanya.
Ibu             : ayah apa yang sebenarnya terjadi ????
Ayah           : lihatlah itu anakmu, yang merasa terkekang oleh kita selama ini.
Ibu             : tiada disangka ternyata kita terlalu berambisi, sehingga membuat rani menjadi seperti sekarang ini………
Ayah           : anak ku, inikah yang sebenarnya kamu rasakan selama ini?? maaf kan kami rani, ayah dan ibu mendidik kamu selama ini dengan segala aturan yang kamu lakukan, semata-mata hanya untuk kebaikan mu, kehidupan kamu dimasa depan.
Rani            : itukah yang menurut ayah dan ibu benar ???? memaksakan kehendak sendiri, setiap rani memiliki karsa, memiliki keinginan, bisakah ayah dan ibu mengerti ?  yang rani inginkan hanyalah, kebebasan untuk melangkah menentukan sendiri kehidupan rani tanpa ada penghalang namun ada pendukung. Selama ini ingin rasanya rani ungkapkan semua ini, dan inilah rasa yang membuat rani tersiksa..
Ayah           : tapi ran, kami ingin….
Rani            : stoop ayah rani belum selesai bicara, masih banyak yang ingin rani curahkan, ingin rani gambarkan dan ingin rani sampaikan agar ayah dan ibu mengerti tentang apa yanga rani rasakan, betapa tertekangnya aku selama ini, ku harap ayah dan ibu tahu……
Ibu             : rani, inikah cara mu membalas apa yang selama ini ibumu dan ayah mu berikan??? Inikah cara mu mebalas pengorbanan kita selama ini? Ibu tidak habis pikir, ternyata…..
Rani            : ternyata apa ibu, apa ayah, durhaka, tidak tahu diri, egois, mau menang sendiri??? Ha.???

Sekarang hasilnya banggakah kalian ketika rani bisa bermain biola, piano, harmonica, renang dan lainnya yang menurut  rani hanya mengorbankan  nurani??? Selalu hanya itu yang ditanya kan, itu semua adalah keinginn kalian. Ibu, ayah, apakah kalian pernah bertanya, bagaimana sekolah kamu? Perasaan kamu? Sampai apa yang ingin kau lakukan? Namun yang ada hanyalah kekangan dan aturan dan keinginan kalian, rani merasakan seperti robot yang tak bisa melawan perintah, padahal tidak ada suatu kenikmatan bagi orang yang melakukannya.
Ayah           : rani kita baru sadar, ternyata apa yang selama ini kami lakukan adalah sebuah kesalahan, memaksakan kehendak, yang sebenarnya itu sungguh berat dilalui rani. Maafan kami rani, karena telah merampas kebebasan berekspresi yang sebenarnya menjadi hakmu.
Rani            : tidak ada yang perlu dimaafkan, rani hanya ingin ayah dan ibu tahu !!!!!!!  Itu bagi rani sudah cukup, kemudian ayah dan ibu terbangun dari angan-angan masa depan kehidupan, serta gaya hidup orang kebanyakan yang memaksakan kehendak.
Ibu             : rani, sekarang saatnya kamu bebas mengekspresikan apa yang ada dalam angan mu, teruslah melangkah tentukan masa depan mu. Ini adalah awal yang harus kau jalani rani.



Cast : Rani, Siska, Ayah Rani, Ibu Rani.


7 maret 2011
Naskah by Saifudin el fakir
Visited to d’link : www.bezide.co.cc

0 comment:

Post a Comment

Welcome

Selamat Datang,
Selamat berkunjung di webblog milik Saifudin Elf, sebuah catatan sederhana dari sebuah proses dinamika berfikir, merangkai, dan menyusun kata.
"tak ada sejarah yang terukir tanpa tulisan, tak ada dokumentasi seindah lukisan Tuhan"
dengan motto tersebut, ku coba untuk menuangkan segala hasil pemikiran, jejak kaki, dan perjalanan hidup melalui webblog sederhana ini.
Kritik dan saran sangat saya harapkan,
Kritik dan saran Hubungi :
Saifudin ELF SMS/Call : 085740951321
Email : iffudz.saifudin@gmail.com
Twitter : @saifudinelf
Best Regard,
-saifudin elf-

Categories

Powered by Blogger.

Followers

Visitor


Blog Archive

Contact us

Name

Email *

Message *

Business

Instagram