Keheningan Jiwa
Tak ada rasa apapun mala mini. Ku
tak mengerti dengan yang terjadi pada diriku. Ingin ku sekali merebahkan
tubuhku dan bersandar dalam dekapan ibuku. Berat hati ini utk melepaskan semua
yang telah terjadi menjadi sebuah cerita belakan.
San purnama menampakkan
sinarnya di keheningan malam. Ku tatap sang purnama tuk membayangkan wajah sang
ibu yang baru saja aku temui. Ku tatap sang purnama sekali lagi untuk
membayangkan orang yang aku kagumi. Ku tak mengharapkan sosok itu membalas rasa
sayangku pada dirinya.
Jika, kelak Tuhan menujukkan
takdir itu. Ku akan berusaha menerimanya walaupun itu pahit. Benar apa yang
sering aku dengar dari para pujangga jalanan, bahwa rasa tak bisa dipaksakan. Sekuat
apapun paksaan itu, rasa akan berjalan sesuai dengabn naluri manusia.
Ku tahu, ku bukanlah sosok yang
sempurna dimatamu dan bukanlah sosok yang patut dibanggakan untuk ibuku. Tapi bukan
sebuah kesempurnaan yang akan aku persembahkan untuk kalian berdua. Namun,
hanya penghormatan dan kasih saying sempurna yang akan aku persembahkan untuk
kalian berdua ibu dan kau.
Kini ku telah miliki keheningan
jiwa. Berpacu dalam melodi sebagai keparsahan pada sang Kholiq…
Saifudin Elf, (dalam
kesendirian ku berpaku, mencoba menerka maksud Ilahio Robbi)
0 comment:
Post a Comment