MALAM YANG GAMANG
Ku awali catatan ceritaku di malam hari ini
dengan mata agak sebam. Pikiran tak karuan rasanya, tubuh terasa hampir mau
jatuh. Bukan karena habis menangis atau apapun mataku berubah menjadi sebam,
namun karena mata ini sudah tak kuat jika terus melihat kondisiku yang sudah
sedemikian rupa.
Tak ada yang bisa menjadi tempat
bersandarku, ketika aku dalam kondisi seperti sekarang ini. Satu hal yang bisa
aku lakukan adalah menggoreskan kata-kata melalui tulisan ini. Bagiku, bukan
persoalan mudah jika ku harus mengungkapkan semua ini dalam tulisan ini. Karena
aku begitu malu jika sampai tulisan ini terbaca oleh orang lain.
Semua sahabat-sahabatku yang biasanya
mewarnai hari-hariku serta memberiku semangat hidup. Kini tak Nampak lagi
senyum, canda dan tawa yang menghiasi
hariku tadi. Aku sadar bahwa aku harus bisa tegar jika dihadapkan dengan
kondisi seperti saat ini. Aku pun sadar bahwa sahabat-sahabatku juga punya
kehidupan serta permasalahan sendiri, tak mungkin terus memberikanku semangat
jika toh mereka juga sedang ada masalah.
![]() |
"Ketika Malam Datang, takseorangpun dalat mengerti semua tentang gelap. Ku hanya tertegun menatap sang rembulan yang tak pernah lelah memancarkan sinarnya" |
Kegamangan malam kiranya pas untuk melukiskan malam hatiku saat ini. Malam minggu yang bagi kebanyakan orang adalah malam yang special, malam di mana bisa menghabiskan malam, berdua dengan sang pujaan hati. Tapi hal itu tidak berlaku bagiku. Banyak persoalan yang harus segera aku selesaikan. Terkadang aku juga merasa iri, jika ku lihat hilir mudik orang-orang yang melintas di depan tempatku duduk menghabiskan waktu mala mini. Tampak wajah mereka begitu sumringah, dengan senyum melebar berpacu dengan melodi malam.
Aku masih ingat betul dengan tempo dulu,
saat salah seorang sahabatku masih sering bersamaku. Hampir tiap malam mingguan
ku susuri jalan-jalan protocol kota Semarang mencoba mencari sesuatu yang
tersembunyi di waktu malam hari.
Sahabatku mengajakku memahami realitas kehidupan malam, yang oleh sebagian
orang selalu mendapatkan predikat “Buruk”. Namun, setelah beberapa kali ku
mencoba memahami realitas kehidupan malam kota Semarang tak selamanya kehidupan
malam itu “buruk”. Ada beberapan sisi positif yang aku temukan dalam proses
penafsiran kehidupan malam itu. Yah, setidaknya sekarang aku sudah tahu’
‘warung kucingan’ Toko idjo di kawasan Ngaliyan Semarang,
merupakan sebuah tempat dimana aku sering menghabiskan malam bersama
sahabat-sahabatku. Di tempat ini, tak jarang pula kita membicarakan kehidupan
masa depan. Di mala mini sempat aku merasa terkejut, saat salah seorang
sahabatku berkata kepadaku melalui pesan singkat bahwa ‘dia membutuhkan aku,
membutuhkan teguranku saat dia melakukan kesalahan’ sebuah kata-kata yang
sempat mebuatku sesak. Apakah dia tidak pernah merasakan setiap sikapku
kepadanya saat dia terlalu over dosis dalam memaksakan kehendaknya?
Apakah aku harus selalu mengingatkan dengan kata-kata yang nyata? Aku rasa tak
mungkin aku melakukan hal tersebut. Karena kita sama-sama sudah besar sudah
pantaslah jika sudah bisa menggunakan fikirannya secara lebih bijak. Namun apa?
Sikap keras kepalamu, sikap ketakutanmu mengalahkan semua masukan
sahabat-sahabatmu tentang sebuah persoalan.
Di akhir catatan ini, aku hanya berharap
pada Tuhan, aku mendapat kekuatan untuk melewati semua liku-liku kehidupan ini.
Aku bisa menguraikan setiap persoalan hidupku mala mini. Serta semua
sahabat-sahabatku juga mengerti akan sebuah sikap sahabat yang lain. Tak perlu
terlalu memaksakan kehendak, ketakutan jika ternyata masih ada sahabat-sahabat
yang selalu setia di belakang kita.
Dear friends,
Elf dalam dekapan malam.
Toko idjo, 8 september 2012.
0 comment:
Post a Comment