Keretaku, Kereta Kita Tapi bukan Keretamu
Sebuah Catatan Perjalanan, stasiun Poncol-stasiun Senen.
Jum’at malam pada minggu kedua bulan November. Kebetulan aku melakukan
perjalanan ke Jakarta untuk yang kedua kalinya dengan menggunakan jasa
transportasi kereta api. Aku sudah jauh-jauh memesan tiket kereta api. Tertulis
di tiket, pemberangkatannya tanggal 9 Nopember 2012 pulul 19.05.
Waktu, di hp ku sudah menunjukkan pukul 18.24. akupun bergegas menuju ke
stasiun. Diperjaalan aku bertemu dengan kemacetan yang terjadi di beberapa ruas
jalanan kota Semarang. Saat itu aku takut kalau nanti smpai ketinggalan kereta.
Ku pacu sepeda motorku kencang-kencang, agar aku bisa sampai di stasiun sebelum
jam 19.00.
Alhamdulillah, aku sampai di stasiun sebelum jam 19.00. langsung saja ku
masuki peron stasiun, kemudian ku cari kereta api Tawang Jaya tujuan stasiun
Senen yang berada di jalur 2. Kemudian segera ku cari juga nomer gerbong, dan
aku pun bertanya pada seorang bapak, “Bapak gerbong nomer 3 sebelah mana yah?”
tanyaku tergesa-gesa. “depannya gerbong saya mas” jawabnya singkat. Tanpa pikir
panjang aku langsung menuju ke depan gerbong yang ditunjukkan bapak tadi.
Insiden itu berawal dari sini, aku tak mengecek kembali apakah gerbong
yang aku masuki sudah benar gerbong nomer 3 atau bukan. Segera ku cari tempet
duduk kosong. Kemudian kutunggu keretanya berjalan. Seorang pria datang
kemudian duduk di sampingku. Kalau tidak salah lelaki itu adalah salah satu
pegawai di Jasa Raharja yang akan balik ke rumahnya di daerah pekalongan. Kita sempat
terlibat perbincangan ringan.
Dua jam sudah waktu yang mengiringi perjalananku yang membewaku bersama
kerataku berhenti di stasiun Pekalongan. Sebelum sampai di stasiun Pekalongan,
kerretaku berhenti di stasiun Batang, dan kuingat kembali ada beberapa ibu-ibu
dan anaknya yang masuk ke gerbongku kemudian duduk di depan saya. Sesampainya
di stasiun Pekalongan, bapak yang duduk di sebelah saya sejak dari stasiun
Poncol, berpamitan kepada saya karena beliau sudah sampai di stasiun tujuan.
Setelah lelaki di sampingku turun di stasiun sebelumnya. Tibalah di
stasiun selanjutnya (tapi aku lupa stasiun mana tepatnya). Serombongan prang
juga datang menghampiri tempat dudukku yang ternyata salah nomor. Tak kira aku
sudah masuk di gerbong nomer 3, eh ternyata aku masuk di gerbong nomer 4. Sempat
aku bersitegang dengan ibu-ibu di sampingku dan panwal KA. Tiket keretakupun
diperiksa, dan ternyata aku salah masuk gerbong. Saat itu perasaanku begitu
emosi. Kalau saja bukan ibu-ibuk yang bikin emosi, udah jadi seperti apa?.
Dengan sangat terpaks aku menuju ke gerbong nomer 3 sesuai dengan tiket
keretaku. Ku cari tempat duduk yang masih kosong di gerbong 3. Dan akhirnya ku
temukan tempat duduk kosong, di sampaing ibu-ibu yang lagi tidur, di depannya
ada bapa dengan anaknya. Aku pun duduk di sebeleh ibu-bu yang lagi tidur itu. Ku
jalani sisa perjalanan yang masih panjang tersebut, dengan hati yang agak
mangkel.
Waktu itu aku kesal setengah mati, emang dia pikir dia siapa? Emang dia
aja yang punya tiket? Emang dia saja yang butuh tempat nyaman? Aku juga kali, please
don’t disturb me. Aahhh…
Tapi yah sudahlah, lagipula aku juga salah, pake salah masuk gerbong
lagi. Walaupun di lain sisi aku juga mangkel. Biarkan perjalan kemarin jadi
pelajaran buatku.
Aku sampai di stasiun senen pukul 02.54 (kalau tidak salah). Suasanan malam
di stasiun senen membuatkau agak sedikit phobia. Maklum saja waktu itu aku
sendirian melakukan perjalanan kereta sendirian, tanpa seorang pun teman menemaniku.
Sambil menunggu jam 05.00 pagi buat naik busway menuju bilangan Jagakarsa Jakarta
selatan. Aku berbincang panjang dengan bapak-bapak yang baru saja pulang dari
daerah Gombong Kebumen Jawa tengah. Banyak hal yang kami bincangkan. Hehehe…
lumayan ada teman ngobrol, daripada bengong sendiri di stasiun yang sedikit
agak serem.
Jakarta, 10 Nopember 2012 Kelurahan Jagakarsa.
Semarang, 13 Nopember 2012 Kelurahan Tambakaji
0 comment:
Post a Comment