Membumikan
Jurnalisme Damai
Catatan
Kecil dari MUSKERNAS FORKOMNAS KPI 3
Perkembangan media massa, saat ini telah memasuki babak baru. Media
massa yang seharusnya menjadi alat control social, kini mulai
menampakkan peran yang jauh lebih besar. Persaingan media massa, saat ini tidak
hanya terbatas pada persaingan antara media cetak dan elektronik saja. Akan
tetapi lebih mengarah kepada kekuatan media massa itu sendiri untuk bertahan
dalam persaingan industri media.
Media massa sangat berperan dalam pembentukan psikologi massa. Bagi
kalangan masyarakat yang paham literasi media, sudah dapat membedakan, bahwa
sajian media tidak semua adalah realitas yang sebenarnya. Sehingga media bukan
menjadi pembentuk kondisi sosial masyakat. Akan tetapi bagi kalangan masyarakat
awam, seringkali memaknai sajian media sebagai realitas yang sebenarnya.
Sehingga tidak sedikit yang terpengaruh dengan sajian sebuah media massa.
Bandung, 13 Januari 2013
Agaknya untuk saat ini, perlu adanya pemberian pemahaman bahwa paham jurnalisme
perlawanan bukan sekedar jurnalisme yang berfungsi mengontrol pemerintahan.
Akan tetapi juga, memiliki tanggung jawab social kepada masyarakat. Sebagai
salah satu alat penyambung lidah masyarakat dengan pemegang kebijakan, yang
dalam hal ini adalah antara masyarakat Indonesia dengan Pemerintah.
Kondisi media massa sekarang ini yang cenderung lebih mengarah kepada
fungsi alat propaganda. Nampaknya sudah mengalami disfungsi yang begitu jauh.
Media massa mulai beramai-ramai meberitakan kejelekan-kejelekan orang lian.
Baik secara institusi maupun perseorangan. Sehingga masyarakat banyak pula yang
terpengaruh dengan kondisi semacam ini.
Prinsip jurnalisme perlawanan, yang santer menjadi ruh media massa pada
decade 90-an. Untuk saat ini memasuki dunia millennium kedua, mutlak harus
mampu merubah prisnsip-prinsip jurnalisme perlawanan, baik secara tekstual
maupun kontekstual. Agar tercipta iklim media massa yang dinamis.
Tawaran akan prinsip jurnalisme damai, untuk saat ini menjadi alternative
yang sangat cerdas. Melihat kondisi social masyarakat yang saat ini banyak
sekali terpengaruh dengan tayangan jurnalisme perlawanan. Sehingga tak sedikit
masyarakat yang main hakim sendiri ketika ada pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh seseorang. Selain disebabakan oleh tayangan-tayangan media
massa, hal ini juga disebabakan oleh melemahnya fungsi aparata penegak hukum
dalam menjaga stabilitas keamanan nasional.
Jurnalisme damai, dalam hal ini menyangkut gaya pemberitaan maupun
penayangan yang dilakukan oleh media massa. Lebih menitik beratkan kepada
pemahaman secara kontekstual. Media massa harus belajar bagaimana, membuat
sebuah pemberitaan yang tidak melulu meprovokasi. Tidak melulu memberitakan
tentang kekerasan, kejelekan sampai kerusakan bangsa. Harus ada sikap santun
yang dicerminkan oleh media massa dalam setiap pemberitaannya.
Belum adanya pelopor yang dilakukan oleh media massa nasional di
Indonesia untuk menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme damai, mungkin menjadi
salah satu alasan bagi media massa yang lainnya untuk terus menerapkan system
jurnalisme perlawanan.
Kesadaran akan pentingnya penerapan prinsip jurnalisme damai di kalangan
pegiat media massa, pemilik kebijakan media massa harus segera ditumbuhkan dan
dipelopori. Agar masyakarat Indonesia mampu menjadi masyarakat santun, yang
tidak mudah terporovokasi oleh pemberitaan media maupun tayangan media yang.
“Damailah
bangsa Indonesia, tegaklah Jurnalisme Damai, Berdikarilah media Massa Nasional
Indonesia”
Demak, 1 Mei 2013
hadir! damae disini! hihih
ReplyDeletesetuju pisan, kang. sayangnya pas event itu dame gak di bandung, :(
hehehe, iya teh gpp,
ReplyDeletesemoga besok bisa berjumpa waktu di semarang, :D