Juangku Takkan Hentikan Langkahku
(Catatan pendakian puncak Gn. Sindoro 3153 Mdpl)
Intermezzo…
Pagi itu (kamis, 20 juni 13’), tubuh kecilku telah
terbawa angin hingga sampailah diriku di tanah pengabdianku. Dk. Turi Ds.
Turitempel Guntur Kabupaten Demak. Seingatku jam 10an diriku beserta 3 orang
temanku sampai di lokasi tanah pengabdian KKN 2013. Ada seberkas kenangan yang
masih bisa kuurai sesampainya aku di sana. Aku pun masih ingat bagaimana
emosiku waktu itu menghadapi teman-temanku memuncak. Ah, tak terasa sudah 20
hari ku tinggalkan tanah pengabdian itu.
Berbarengan dengan itu pun, aku masih saja berhutang
dengan diriku sendiri. Hutangku pada diriku sendiri, untuk mengajakku diriku
menapaki jalanan panjang menuju puncak 3153 Mdpl. Sampai akhirnya dengan segala
persiapan serta perencanaan bahwa, pasca pelaksanaan KKN 2013 diriku akan
bersegera menjamah eloknya liukan tubuh Sindoro. Oh, tapi apa yang terjadi ?
rencana itu gagal di tengah jalan. Banyak rintangan yang aku alami waktu itu,
mulai dari datangnya teman-temanku dari beberapa PTAI se-Indonesia ke Semarang,
yang menjadikanku otomatis harus menemani mereka. Oh God !!! Hingga
kerjaan yang menggunung yang musti ku selesaikan dengan cepat.
Jalan Tuhan memang tak selamanya lurus dari datar-datar
saja. Banyak rintangan, tikungan, tanjakan dan ujian. Hingga akhinrnya Tuhan
tunjukkan betapa indahnya akhir perjuangan.
Turitempel, kau sungguh telah buatku gila, gila
memikirkan setiap kenangan yang kau berikan kepadaku. Nampaknya, kenangan itu
akan terus bergelayut dalam pikiranku. Tapi, biarlah itu terjadi.
Kembali kususuri jalanan panjang menuju Kabupaten
Jepara, tepatnya di kecamatan Kedung. Jalanan berkelok serta panas matahari
yang mencolok membuat perjalananku waktu itu begitu panjang. Sekita pukul 12.30
diriku telah sampai di lokasi. Kali ini bukan untuk jalan-jalan, akan tetapi
untuk menghadiri undangan resepsi pernikahan salah satu kawanku. Setelah dari
Kedung Jepara, ku pacu kendaraanku mengitari jalanan Jepara menuju Pantai Bandengan. Salah satu
pantai dengan pasir putih nan eksotis. Kunimati Sunset yang nampak menawan di
batas cakrawala. Ditemani gurauan dan candaan dari kawan-kawanku serta Pak
Carik Ds. Turitempel. Kembali membangkitkan jiwa petualanganku.
Aha ! sinyal pentualangnku kembali bergeliat.
Bergeliat di antara jalanan Pantai Bandengan-Bangsri Jepara. Kuambillah
handphoneku. Ku panggillah kawanku yang ada di semarang. Spontan ku berkata; “Nda,
siapkan logistic! Sabtu pagi kita nanjak ke Sindoro. Jum’at malam aku ke tempatmu….”,
“Tuut..tuut..tuut..”, telpon pun ku akhiri.
“Ini ide gila pud”, ucap seorang kawanku padaku. “Santai saja bro, siapkan diri, siapkan
logistic jangan lupa untuk terus berdo’a pada Tuhan”, jawabku mencoba
menenangkannya.
Sekembalinya dari Jepara, segera ku persiapkan segala
macam keperluan untuk pendakian Gn. Sindoro lusa. Dengan berbekal tenda yang
sudah beberapa bulan nyantol di kamar kosku. Serta tas Carrier butut hasil
pinjaman temanku waktu pendakian Gn. Lawu. Ku coba untuk menghubungi beberapa
kawanku yang sekiranya bisa menemaniku melakukan pendakian kali ini.
Akhirnya ada 3 orang kawanku yang akan menemaniku
dalam pendakian kali ini. Briefing ringan ku lakukan di malam sebelum
pendakian. Di temani secangkir kopi, ku paparkan beberapa catatan tentang
persiapan, peralatan serta medan pendakian. Hingga akhirnya kami sepakat untuk
berangka esok pagi dari Semarang.
Adventure, start in Here
Udara pagi Semarang waktu itu, masih saja sempat
menghaturkan salam hangat kepadaku. Kusibak tirai jendela yang sejak sore
menutup jendela kamar kosku. Ku ambil handphone, ku kirim pesan kepada
kawan-kawanku. “Ayo, bangun pagi bro. Ndang adus, ndang mangkat…”
Waktu itu jarum jam telah menunjukkan pukul 09.00 saat
aku bersama kawan-kawanku meninggalkan Semarang. Jalanan yang cukup panjang
dengan udara yang sangat segar mengiringi perjalananku menuju Basecamp Sindoro.
Kebetulan aku menggunakan sepeda motor dengan rute;
Ngaliyan (Semarang) – Boja – Limbangan – Sumowono – Temanggung – Parakan
– Kledung.
Kuhabiskan waktu sekitar 2 Jam 45 Menit untuk bisa
sampai di Basecamp Kledung. Sesampainya di basecamp, segera ku mengisi buku
registrasi pendakian. Tarif registrasi Rp. 4.000,-/orang. Parkir sepeda motor
Rp. 5.000,-/motor.
Tanpa fikir panjang, segera kulaksanakan sholat dzuhur
dengan cara dijamaka dengan shalat ashar sekalian. Hal ini untuk efisiensi
waktu saat perjalanan naik. Karena ketidak tersediaan air untuk berwudhu.
Melihat persiapan sudah cukup, setelah sebelumnya
makan siang, packing perlengkapan dan logistic. Segera kutinggalkan basecamp
sekitar pukul 14.00.
Basecamp – pos Ojek :
60 Menit
Pos Ojek – pos 1 :
30 menit
Pos 1 – pos 2 :
60 menit
Pos 2 – pos 3 :
90 – 100 menit
Dengan kontur yang cukup panjang, kuhabiskan waktu
sekitar 1,5 jam untuk sampai di Pos 1. Kemudian, setelah itu sampailah di
gerbang hutan. Kembali kususuri jalanan yang sedikit mulai menanjak, dengan
medan di tengah hutan. Akhirnya tibalah di pos 2 tepat pukul 17.30. jangan lupa
sebelum sampai di pos 2, akan ditemui pertigaan. Ambil yang kea rah kanan,
melewati lembah yang sedikit menurun hingga nanti sampai di pos 2. Pos 2 berupa
gubug kecil yang terbuat dari kayu dan seng.
Dari pos 2, jalanan akan semakin menanjak. Kuhabiskan
waktu berkisar 1,5 jam untuk sampai di pos 3. Pos 3 hanya berupa tanah lapang,
yang biasanya sering dijadikan tempat nge-camp para pendaki sindoro.
Sesampainya di pos 3. Kudirikanlah tenda, untuk menjadi tempat berlindung waktu
malam menjelang.
Setelah bersantap malam, kuambillah sarung yang ada di
Carrierku untuk menemani tidurku malam itu.
Waktunya Summit Attack,
Waktu udara gunung masih sangat dingin terasa, waktu
jarum jam menujukkan pukul 02.49. Kulangkahkan kakiku yang mulai gontai.
Kembali menapaki jalanan menanjak untuk menggapai puncak 3153 Mdpl.
Berbekal senter di tangan, tas carrier di punggung
serta jaket tebal yang menempel di tubuh. Jejakku tak akan pernah berhenti
sampai di sini. Menapaki alam ciptaan Tuhan yang Maha Indah. Kawan-kawan
nampaknya masih perlu beradaptasi dengan suasanan dinginnya gunung. Walaupun
ini baru summit attackku yang pertama, yang ku lakukan sebelum matahari
terbit, tapi semangatku tetaplah semangat-semangat sebelumnya saat ku masih
belajar bersikap bijak terhadap alam.
Pendakian Gn Ungaran, Gn. Merbabu, Gn. Lawu telah
berikanku pelajaran berharga akan keagungan alam ciptaan Tuhan.
Langkah demi langkah mulai kami tapaki. Tanjakan demi
tanjakan mulai kami naiki. Pohon demi podon mulai kami lewati. Ditemani
kawan-kawanku dan kawan pendaki lain semangatku semakin membara. Tujuan kami
sama, puncak ! Walaupun puncak bukanlah tujuan akhir, tapi puncak adalah sebuah
bonus perjuangan.
Golden Sunrise
Subhanallah !!! Inilah keagunganmu Tuhan. “ This is
The Golden Sunrise”. Nampak indah sekali sunrise waktu itu. Berwarna kuning
ke-orange-an bagaikan emas yang sedang bersinar. Memang tiada duanya.
Kupandangi moment-monet indah Sunrise waktu itu. Setelah kuselesaikan shalat subuh,
duduklah diriku di atas tebing, menikmati setiap deti pergerakan mataharai dari
garis cakrawala. Melihat pula Gn. Sumbing yang terkena pancaran sinar matahari,
semakin memperlihatkan keindahannya.
Pos 3 – pos 4 :
3 Jam
Pos 4 – padang eidelweiss : 1 jam
Padang eidelweiss – puncak : 30 Menit
Menginjak pukul 07.30 segera ku bergegas untuk teru
melangkahkan kaki menuju puncak Sindoro. Hampir saja waku menunjukkan pukul
08.00 saat ku tiba di Pos 4 Watu Jajar. Sesampainya di sana, tenagaku sudah
hampir habis. Tidak hanya itu persedian air minum pun sudah semakin menipis,
hanya menyisakan air dalam botol ukuran 1,5 Liter. Itu pun belum sampai di
puncak, ditambah untuk persediaan selama turun gunung dan yang lebih parahnya
lagi air segitu masih harus berbagi dengan 3 orang temanku yang lain.
Benar-benar kondisi yang sangat sulit. Dilain sisi, diriku ingin sekali
menggapai puncak, lain sisi tubuh ini sudah mencapai batas tenaga yang tersisa.
Puncak Sebentar Lagi,
Perjumpaanku dengan seorang pendaki yang masih muda,
mengembalikan semangatku waktu itu. Dengan berbekal ayunan kaki 5 langkah ku
bulatkan tekad untuk terus melangkah. Walaupun setiap lima langkah sampai 10
langkah, diriku harus berhenti untuk mengambil nafas. Tak jarang pula diriku
menyempatkan diri untuk memejamkan kata, walaupun hanya 10 menit.
“Itu sudah puncak ngud?” tanyaku pada temanku. “Iya bro, ini sudah bukit yang terakhir. Ini
puncak bro” jawabnya. “Puncak sebentar lagi, ayo semangat” ucapku
dalam hati.
“Ah, luar biasa indahnya Puncak Sindoro”, ucapku sesampainya aku di puncak Sindoro. Segera ku
rebahkan tubuh yang sudah mulai gontai dalam sapuan angin gunung. Tepat pukul
09.30 ketika kuinjakkan kakiku di atas puncak Sindoro.
Kusempatkan untuk mengambil beberapa gambar dengan
kamera handphone. Walaupun hasilnya memang tidak bagus, tapi tak apalah untuk
menjadi dokumentasi pendakianku.
Saatnya turun gunung,
Setelah 30 menit berada di ketinggian 3153 Mdpl,
kuputuskan untuk segera turun gunung, sebelum senja menghampiri kami. Kususuri
jalanan menurun melewati jalur yang kami gunakan untuk mendaki. Ku lewati
beberapa tempet yang pernah kami gunakan untuk beristirahat di waktu pendakian.
Sekitar 6 jam lamanya waktu yang kugunakan untuk sampai kembali ke basecamp
Sindoro di Desa Kledung Temanggung. Perasaan yang kurasakan waktu turun gunung
cumin satu, bagaimana bisa secepatnya sampai di Basecamp untuk mengisi bahan
bakar tubuhku yang sudah mulai tidak bisa di ajak kompromi lagi.
Senja pun mulai mengintip malu-malu, setelah ku lewati
batas hutan dengan padang semak belukar dan hutan lamtoro. Kuberlari kencang
meninggalkan kedua temanku di belakang. Enam jam berlalu dalam langkahku
menuruni gunung Sindoro. Aku pun sampai di basecamp Sindoro dengan selamat, “Alhamdulillah
Yaa Rabb, atas segala anugran dan lindunganMu”.
Dengan sampainya diriku di Basecamp Sindoro Desa
Kledung Temanggung, berakhirlah petualanganku kali ini, menggapai puncak 3153
Mdpl Gunung Sindoro.
Temanggung, 22-23 Juni 2013
Writed again by saifudin elf
On 28 Juni and 1 Juli 2013
0 comment:
Post a Comment