Aku, Atau Kalian sih ?
Engkau yang memunculkan amarahku pagi ini, salahkah aku jika nanti aku
begitu ?
Di sudut perantauan
Entah apa yang
terjadi pada diriku saat ini ? Aku semakin tidak tahu dengan semua ini. Oh
Tuhan, berikan hamba kekuatan untuk menghadapi semua ini. Apa ini karena aku
yang terlalu baik hati ? atau mungkin karena aku yang sering melakukannya ?
entahlah.
Embun pagi yang
menetes di atas dahan rerumputan. Nampaknya, belum mampu memberikan ketenangan
untuk jiwaku yang kalut ini. Hangatnya sinar mentari juga belum mampu
memberikan kehangatan dalam setiap langkah dan tutur kataku.
“Pagi yang
gamang”, pekikku dalam hati. Inilah ungkapan jiwaku di pagi yang menurutku
nampak begitu cerah dan mampu berikanku semangat hidup walaupun hanya di “awal
subuh”. Kini, engkau telah buatku semakin kalut dengan kelakuanmu kepadaku.
“Bagiku, It’s Ok.
Jika kamu saja bisa melukannya, mengapa aku tidak”, sekali lagi hatiku merintih
menahan sakit. Jika bukan karena tanggung jawabku mengayomi kalian. Mungkin aku
sudah keluarkan semua kata-kata yang biasa aku gunakan untuk menghentak orang
lain.
“Engkau mau aku
seperti itu ?”, tanyakau pada orang yang sudah berlalu meninggalkanku.
“Bukan, karena
apapun aku menerapkan peraturan seperti ini. Namun, karena aku tak mau kalian
merasa terkekang oleh peraturan yang kita sepakati bersama”, rintihan hatiku
yang berulang.
Jika, saja Tuhan
pagi ini mengirimkan sang Dewi Amor. Mungkin diriku bisa menebarkan sejuta kata
penuh cinta, sejuta kata penuh makna dan sejuta kata penuh kebijaksanaan. Namun
itu hanya sekedar angan-angan belaka.
“Pud, kamu
terlalu baik hati ? Atau gara-gara kamu juga melakukannya ?”, tanyaku salah
seorang kepadaku, di sudut Karangawan. “Owalah dasar gemblung”, cercanya
padaku.
Kata-kata itu
kini, masih menggelayut di dalam pikiranku. Ada apa dengan sikapku ini, setelah
kejadian di pagi buta ini. Tekadku semakin bulat untuk segera mengambil langkah
taktis untuk segera meredam segala amarah yang mungkin akan nampak nanti, esok
atau lusa.
“Biar mereka
bicara…”, ucap Iwan Falls dalam lagu “Buku Ini Aku Pinjam”. Menemaniku di pagi
yang kalut ini. Tuhan, jika pagi ini
Engkau kirimkan Socrates, mungkin aku bisa menggunakan logikaku. Harapan,
tinggallah harapan.
“Tuhan, ijinkah
aku unutuk menjalankan langkah ini. Aku tidak ingin setelah pagi buta ini, ada
sesuatu hal di luar garisMu”, bisikku dalam hati.
Jika aku telisik
lebih jauh, memang di tempatku inilah tempat yang menurutku paling semrawut.
Tidak teratur dan sebagainya. Tapi, bagiku ini bukan menjadi tolak ukur
keberhasilan. Menurutku, tingkat kenyamanan serta tingkat emosional antar
individu menjadi tolak ukur tersendiri.
Jika aku harus
memilih, pasti aku akan memilih “Peraturan seperti di tempat lain” bisa
diterapkan di sini. Jika memang kalian tidak bisa dikondisikan. “Dikasih Hati,
merogoh Rempelo”, istilah itu nampaknya mampu melukiskan peristiwa pagi
buta ini.
“Bukan aku, karena
kalian. Bukan kalian karena kau. Tapi ini semua karena aku dan kalian, hingga
aku dan kalian karena itu”.
“Sebenarnya, aku
atau kalian sih ?”, keluhku pagi ini.
Demak, 8 Mei 2013
Berpose bersama dengan Bpaka dan Ibu Carik Turitempel |
Berpose bersama dengan Bpaka dan Ibu Carik Turitempel |
Di Kadilangu Demak |
Keluarga Berencana :D |
Begundal-begundal posko 50 :D |
Boy Band Posko 50 |
Duo Macan Posko 50 :D |
Bertiga saja |
0 comment:
Post a Comment