Long time not see guys…
I want to share about my story, when I had
climbed inLawu mountain.
This planning was made someday ago. I think,
that we will make something to appreciate my friend’s achievment. We make a
planing to climb a mountain. And we choose “Lawu, to be our destination.
We have one week to make a preparation. But,
one day before we have do it. One of us, tell us, tha he can’t be participant
in this planing. I ‘m confused and angry with him. Who make and have a planning
before it ? I just speak, that he is not consistent with his statement. And
than, I throw a question for another friend. “ If he can’t be participant in
this planning, how about us ?”, ask me for him. “ We still to do our planning,
bro”, answer him for me.
When I was heard answer from my friend, I make
a simple preparation before go to Lawu mountain. I’m bringin some clothes and
not forget to bring a daypack. And than, I go to Semarang from Kendal with my
motorcycle for one hours. When I was arrived in Semarang, I pick my friend and
give him a warning, that the time was so hot. After dhuhur prayer, we start
walked. We around a road between Semarang until Ungaran.
(Udahan ah, nulis English Version-nya capek J)
Sesampainya di Ungaran, kami mampir di tempat
salah satu teman kita yang sebelumnya tidak jadi ikut untuk mengambil Kompor
dan juga nesting yang akan kami gunakan sebagai alat pelengkap kita waktu di
gunung. Aku sempat menyindir temanku tersebut dengan nada yang cukup sinis,
hingga akhirnya doi memutuskan untukbegabung dengan kami dengan catatan
berangkat dari Ungaran setelah sholat maghrib. “Why not, its so easy bro”,
sahutku ke doi.
Waktu yang kita sepakati pun datang juga, aku
sudah menunggu doi di Masjid Agung Ungaran setelah sebelumnya sholat Maghrib
dan beristirahat. Doi datang menghampiri kami. Kini formasi kami sudah lengkat;
there is Suhud, Ilham, and My Self. Setelah melakukan sedikit perbincangan
tentang rute yang akan kami lewati, kami segera memacu kendaraan dari Ungaran
menuju candi Cetho Karanganyar. Seharusnya menurut estimasi yang kami butuhkan,
4 jam kami sudah sampai di lokasi. Jalanan
Ungaran-Salatoga-Boyolali-Sukoharjo-Solo-Karanganyar-Candi Cetho, kami tempuh
dengan kondisi track yang cukup beragam. Mulai dari jalan beraspal, beton,
hingga jalan galau (beton bukan, aspal juga bukan) hahah K. Tepat pukul 11.30 kami baru sampai di
basecamp pendakian gunung Lawu Via Candi Cetho.
“Its was so amazing guys, five hours that we must used up to arrive at Cetho
Temple. Its because, we must used up to wait a rain, when we arrive in centre
city of Karanganyar regency”
And than, we pray Isya’ together wih suhud as
chairman in this praying. After we was prayed, we make a preparation before we
go to summit. We prepare some bottle of water, a little rice, etc. at 00.30 AM.
we start to walk aroud the mountain.
Berikut, estimasi waktu yang kami butuhkan :
Basecamp – 1st Shelter “mbah
Mbranti” 45
Minute
1st Shelter – 2nd Shelter “Brakseng” 1
Hour
2nd Shelter – 3rd Shelter
“Cemoro Dowo” 1,5
Hour
3rd Shelter – 4th Shelter
“Penggik” 1,5
Hour
4th Shelter – 5th Shelter
“Bulak Peperangan” 1 Hour
5th Shelter – Mbok Yem Store 2
Hour
Its was so really ? Yes really. Sebenarnya dari
warung Mbok Yem, hanya butuh sekitar 15 menitan untuk sampai di puncak Hargo
Dumilah. Tapi, apadaya kami tak bisa menggapai puncak karena hujan deras
menghampiri kami. Selain itu juga waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 PM, waktu
yang sudah sangat sore untuk memaksakan diri menuju puncak.
Jam setengah satu malam, kami mulai jalan dari
Basecamp pendakian, menuju pos perijinan. Setelah sampai pos perijinan waktu
sudah menunjukkan jam 1 dinihari. Dari pos perijinan, jalanan yang kami lalui
cukup landai, kita melewati alirang sungai yang mengering sebelum kami sampai
di candi kethek (read; Kera). Hamparan perkebunan warga yang ditumbuhi beragam
sayur mayur menemani perjalanan kami waktu itu, sesampainya di Pos 1. Ilham dan
Suhud mengajak untuk bermalam di Pos 1, walau sebenarnya target kami di Pos 2.
Akhirnya kami pun bermalam di Pos 1. Kebetulan ada pondokan yang bisa digunakan
untuk bermalam. Kira-kira bisa digunakan untuk 8 orang jika berjajar.
Waktu pagi pun datang, itu akhirnya waktu kami
beristirahat sudah selesai. Tidak lupa kami menjalankan kewajiban kami sebagai
seorang muslim. Setalh itu barulah kami memasak minuman hangat dan juga
agar-agar untuk memberikan energi tambahan buat kami melanjutkan perjalanan.
Dari Pos 1 menuju Pos 2, jalanan masih cukup
landai. Namun, kita mulai memasuki kawasan hutan yang cukup lebat. Kurang lebih
1 jam waktu yang kami habiskan untuk sampai di Pos 2. Dari Pos 2 menuju Pos 3
jalanan mulai menanjak, yang cukup menguras tenaga. Sesekali kami juga berjumpa
dengan track yang mendatar, cukuplah untuk mengembalikan tenaga. Satu setengah
jam, kami berjibaku dengan beberapa tanjakan hingga akhirnya kami sampai di pos
3. Sesampainya di pos 3 kami beristirahat sejenak menghela nafas untuk
memulihkan tenaga kami.
Track yang sebenarnya berada antara Pos 3
menuju Pos 4, tanjakan demi tanjakan harus kami lalui satu persatu, sesekali
dari kami pun harus jatuh bangun sepanjang track ini. Akar-akar pohon di
sekitar jalan, menjadi kawan yang paling sering membantu kami utnuk melawati
tanjakan-tanjakan terjal yang dilalui. Waktu satu setengah jam terasa begitu
lama kami jalani, hingga akhirnya kami sampai di pos 4. Waktu pada saat itu
menunjukkan jam setengah 2 siang. Sesampainya di Pos 4, kami merundingkan
rencana selanjutnya, Ilham meninggalkan carriel-nya di pos 4. Sedangkan aku dan
suhud masih setia dengan bawaan masing-masing.
Jalanan dari pos 4 menuju pos 5 masih setia
dengan tanjakan-tanjakan culasnya, walau sesekali ada jalanan datar yang cukup
menyenangkan. Kurang lebih satu jam lamanya, akhirnya kami sampai di padang
savana sebelum pos 5, kami pun mendirikan tenda untuk menyimpan barang bawaan
kami. Dari padang savana, jalanan akan cukup bersahabata mulai dari pos 5
melewati kawasan Tapak Kidang, Paar Dieng, hingga sampai di kawasan Hargo
Dalem. Kami membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari padang savana Pos 5 untuk
sampai di kawasan Hargo Dalem.
Cuaca di gunung memang tidak bisa ditebak,
hujan deras pun turun membasahi kawasan puncak Lawu. Kondisi yang tidak
memungkinkan, memaksa kita untuk mengurungkan niatan menggapai puncak lawu
untuk yang kedua kalinya. Setelah kami beristirahat sejenak dan sholat Maghrib
kami memutuskan untuk turun. Dengan bekal 2 senter dan 1 jas hujan (dua orang
tanpa jas hujan, termasuk aku hahaha) kami berjalan perlahan menuruni bukit
demi bukit yang tadi kami naiki. Kondisi yang tidak kami inginkan sebelumnya,
namun harus kami hadapi. Jalanan gelap, berair, serta kondisi cuaca yang sangat
dingit, ditambah air hujan yang datang menyapa melewati lubang-lubang baju yang
kami kenakan, ditambah jalan yang sangat sepi menambah suasana mistis mencekam.
Sepanjang perjalanan, hanya doa yang aku ucapkan, “God, safe us, guide us, give
us a hope, give us a life”. Pemandangan yang kami lihat sangat menwasan di
siang hari, berubah menjadi begitu menakutkan. Suara petir yang sesekali
memekakkan telinga nampaknya juga tak ingin akrab dengan kami. Waktu itu kami
hanya ingin segera sampai di tenda, dan memasak makanan agar tubuh kami tak
semakin gontai.
Waktu yang ditunggu pun tiba juga, kami sampai
di tenda, kemudian akmi segera berkemas untuk sesegera mungkin sampai di Pos 4.
Jalanan berair kembali kami lewati beberapa kali kami harus terpeleset jatuh
dan roboh di atas tanah. Namun, ini tak menjadikan kami lemah justru hal inilah
yang memacu kami untum segera sampai di Pos 4. Sesampainya di pos 4 waktu sudah
cukup malam, kami disambut dengan senyum hangat dari teman kami yang memang
berbeda rombongan. Kami segera berganti pakaian agar tubuh bisa kembali hangat
dan tak lupa kami memasak minuman hangat dan makanan. Sesekali kami bergurau
dengan rekan kami di pos 4. Setelah makanan dan minuman yang kami buat mulai
habis, tubuh terasa begitu capek hingga kami pun terlelap di bawah atap
pondokan yang tersedia di pos 4 beralas dengan matras dan kisah sedih yang kami
temui hari itu.
Keesokan harinya, setelah kami terbangun dan
mulai menyiapkan bekal sarapan pagi. Kami berkemas dan membersihkan tempat kami
bermalam. Tepat jam 08.30 pagi kami mulai menuruni turunan demi turunan untuk
menuju basecamp. Tepat pukul 11.30 kami sampai di basecamp, waktu yang kami
tempuh ini memang cukup lama. Karena memang salah satu rekan kami mengalami
sakit di bagian kaki, sehingga tidak memungkinkan untuk berjalan cepat apalagi
kondisi medang yang sangat curang dan menurun.
Sesampainya di basecampa, kami segera
membersihkan diri (read;mandi). Sholat Dhuhur dan makan siang. Tepat jam
setengah 2 kami berjalan meninggalkan basecamp dan kenangan pendakian gunung
Lawu kali ini. Jalanan antara Candi
Cetho-Karanganyar-Solo-Sukoharjo-Boyolali-Salatiga-Ungaran-Semarang kami lalui.
And finally, the story about Lawu Climbing was
end. I’m very happy, because we can arrived in our home with good condition.
And we always say thanks to our God. This is the amazing adventure. Sometime,
we will back again “Insyaallah”. JJJJJ