Sebulan Menjadi Guru
Bantu
Oleh; Saifudin
Pendidikan merupakan
salah satu aspek terpenting bagi kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan menjadi
salah satu isu nasional yang telah digalakkan oleh pemerintah bertahun-tahun
yang lalu. Sudah banyak kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
guna meningkatkan kwalitas pendidikan di Indonesia. Kebijakan tersebut bisa
kita jumpai dan kita nikmati sampai sekarang. Mulai dari kebijakan Wajar Diknas
9 Tahun, kebijakan perubahan kurikulum bagi satuan pendidikan dari tahun ke
tahun. Tidak hanya itu, kebijakan materi pun juga sudah dikeluarkan. Seperti
dengan adanya Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah guna kemajuan pendidikan di Indonesia.
Aspek terpenting lainnya
dalam rangka meningkatkan kemajuan pendidikan adalah kualitas SDM-nya. Guru
menjadi salah satu factor paling penting dalam kemajuan pendidikan. Melalui
peran guru yang langsung berhadapan dengan generasi-generasi muda bangsa
Indonesia, nantinya akan muncul sosok-sosok pemimpin Indonesia di masa
mendatang.
Belum pernah terbayang
sebelumnya bagi personil Tim Komunikasi Sosial Ekspedisi NKRI Subkorwil
04/Saumlaki menjadi seorang guru yang benar-benar guru. Karena sebelumnya kami
hanya sempat menjadi seorang siswa dan mahasiswa yang menerima materi
pembelajaran dari seorang guru. Tapi, hal itu sangat berbeda dirasakan saat
kami benar-benar menjadi seorang guru. Ya, seorang guru yang memberikan materi
pembelajaran kepada seorang siswa.
Pengalaman menjadi guru
selama hampir satu bulan di SD Naskat Santo Yoseph Lorwembun, adalah sebuah
pengalaman yang tiada terhingga. Kami sangat menikmati saat-saat kami harus
berjibaku dengan kondisi siswa yang sangat beragam. Baik beragam dari segi
kemampuan berfikir, maupun beragam dari segi kelakuan dan kepribadian antar
individu. Kondisi siswa-siswa di lokasi pengajaran, sangatlah berbeda dengan
kondisi-kondisi siswa yang sering kami jumpai di sekolah-sekolah yang berada di
Pulau Jawa. Sehingga kami pun seringkali harus menahan kesabarang, ketika
sedang melakukan pengajaran. Kami pun dituntut untuk benar-benar beradaptasi
dengan kondisi siswa yang sedemikian rupa. Akan tetapi, kami merasakan bangga
dan bersyukur bisa merasakan langsung bagaimana sulitnya menjadi seorang guru.
Apalagi menjadi seorang guru di pelosok negeri ini.
Salah hal yang paling
sulit bagi kami selama menjadi guru bantu di seolah ini adalah berhadapan
langsung dengan kondisi siswa yang memang memiliki karakter yang cukup keras
seperti halnya karakter orang timur. Sehingga tak pelak pun kami beberapa kali
harus menangani kondisi seperti ini.
Kami mengajarkan kepada
mereka materi pelajaran untuk sekolah dasar. Mulai dari Matematika, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, IPS dan IPA. Seringkali kami juga harus
berkoordinasi dengan guru kelas masing-masing, agar materi yang kami ajarkan
tidak tumpang tindih dengan materi yang diajarkan oleh guru kelas. Dari sinilah
kami mulai begitu dekat dengan para dewan guru SD Naskat Santo Yoseph
Lorwembun. Kedekatan kami tidak sebatas kedekatan antara seorang guru dengan
seorang tamu dari luar. Akan tetapi lebih dari itu, kedekatan kami layaknya
seorang ibu yang sedang membimbing anaknya untuk belajar akan arti kehidupan.
Hari berganti hari,
minggu berganti minggu. Tidak terasa sudah hampir satu bulan kami menikmati
kebersamaan dengan keluarga besar SD
Naskat Santo Yoseph Lorwembun. Dengan begitu, kami pun harus segera bergegas
untuk bergeser kembali ke Pos Kotis untuk melanjutkan tugas yang lainnya. Isak
tangis mengiringi prosesi perpisahan kami dengan dewan guru SD Naskat Santo
Yoseph Lorwembun. Karena sebentar lagi, kebersamaan yang telah terjalin di
antara kami dengan pihak guru yang telah terbangun hampir satu bulan harus
segera berkahir. “Bukan perpisahanlah yang harus disesali, tapi pertemuanlah
yang harus disesali. Karena tanpa adanya pertemuan, perpisahan tidak akan
terjadi”, sepenggal kata yang terucap dari salah seorang dewan guru saat
prosesi perpisahan kami dengan segenap dewan guru.
Bagi kami, waktu satu
bulan belum lah cukup untuk membangkitakn gairah belajar di SD Naskat Santo
Yoseph Lorwembun. Masih sedikit yang bisa kami lakukan di sana. Akan tetapi,
harapan kami dari yang sedikit itulah nantinya akan melahirkan sesuatu yang
besar. Semoga apa yang telah kami baktikan bisa bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan di Desa Lorwembun.
cieeeee........
ReplyDeleteyang kembali menulis selamat bang
semangat berkaryo lagi
iyessss
ReplyDeletehahha, sipppp
ReplyDelete