Nasibku di KKL 2012
Tepat selasa dua minggu yang lalu, hari
yang mungkin akan menjadi hari yang tidak akan pernah aku lupakan. Hari itu
merupakan hari dimana aku dan temen-temenku akan mengawali perjalanan panjang
dalam prosesi Kuliah Kerja Lapangan (KKL). KKL dalam kacamata akademik, memang
sebagai salah satu kegiatan akademik yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa
di Fakultas Dakwah. Namun, bagiku KKL adalah kegiatan menghambur-hamburkan uang
karena hasilnya nihil. Hanya kegiatan bersenang-senang, berwisata bahkan yang lebih parahnya lagi KKL digunakan
sebagai lading proyek abadi pihak birokrasi. (itu penilaisan aku, tidak tahu
bagaimana penilaian orang lain) Hehehehe…
Sejak awal digulirkanya KKL, memang aku
salah satu orang yang paling tidak setuju dengan adanya kegiatan KKL. Bukankah
yang paling terpenting adalah bagaimana mahasiswa bisa mengaktualisasikan
keilmuan yang didapat dalam bangku perkuliahan ke dalam dunia professional.
Sehingga akupun menyelesaikan administrasi KKL, pas hari H pemberangkatan.
Waktu itu rasa malas menghampiri diriku,
padahal tinggal menghitung waktu pemberangkatan. Huft. Sorepun menghampiriku,
ketika ku buka handphone ku, banyak sekali sms dan panggilan masuk ke
handphoneku. Dari kesemuanya, intinya menyuruh aku untuk segera menuju ke
kolasi pemberangkatan KKL. Maklum saja, hanya aku saja yang belum berada di
lokasi pemberangkatan. (gila banget aku waktu itu, tidak merasa bersalah
sama sekali. Padahal KKL belum lunas, ini malah bikin gara-gara baru. Telat
menuju tempat pemberangkatan). Aku hampir saja empet baca sms yang
masuk ke hp ku, sampai-sampai kajur KPI miss call, tidak aku angkat.
Aku masih ingat waktu itu jam di HP ku
menunjukkan pukul 17.18, aku baru sampai di lokasi pemberangkatan. Sesampainya
di lokasi, sambutan para birokrat kampus tidak ada variasi sama sekali, hanya
menunjukkan satu ekspresi ketidaksukaan kepada aku. Dalam hatiku berkata “peduli
amat” (hehehehe). Begitu sampai aku langsung masuk ke bus B.
Kutampakkan ekspresi datar begitu ku berada di dalam.
Selama kurang lebih 12 jam perjalanan
darat aku lalui, sebelum akhirnya aku menginjakkan kaki di kota Surabaya.
Rombongan KKL pun segera transit di Mess Kesehatan Kemenkes RI. Segera ku
bergegas untuk beristirahat sebelum ku ambil ambil air buat mandi di pagi itu. Sekitar
pukul 7.12 menit aku sarapan bersama teman-teman satu geng. Ku habiskan
hampir satu piring penuh nasi beserta lauknya, kebetulan pagi itu menunya
adalah rawon yang sering banyak disebut orang-orang sebagai makanan khas
Surabaya.
Makam Sunan Ampel, Ampeldenta Surabaya |
Siang itu di kota Surabaya terasa begitu
panas. Maklum saja, siang itu matahari bersinar terik. Hal yang sama aku
rasakan sewaktu kuinjakkan kaki di kompleks perkantoran Menara Jawa Pos
Surabaya. Segera rombongan masuk ke dalam kantor redaksi Jawa Pos untuk prosesi
kunjungan KKL yang pertama. Sesampainya di dalam kami mendengarkan penjelasan
mengenai manajemen radaksi Jawa Pos, sejarah, prestasi dan lain-lain.
Kantor Redaksi Jawa Pos Surabaya |
Selepas kunjungan di objek KKL minor di
Surabaya, aku beserta rombonganpun segera melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali
untuk melaksanakan kunjungan objek KKL Mayor di Pondok Pesantren Bali Bina
Insani. Hampir 13 jam perjalanan darat dan laut aku lalui, sebelum aku tiba di
Rumah Makan Soka Indah Tabanan Bali untuk sarapan dan berkemas menuju lokasi
KKL Mayor.
Satu jam kemudian kamipun sampai di Pondok
Pesantren Bali Bina Insani Tabanan Bali. Kamipun disambut puluhan santri dengan
meriah dan semarak. Segera kami memasuki ruang kelas yang telah di tentukan
oleh pihak pengurus pondok. Serentetan rangkain prosesi kunjungan telah menati
kami. Berbagai pertunjukan dari skiil yang dimiliki para santri
dipertontonkan di hadapan para peserta KKL dan perwakilan birokrasi Fakultas
Dakwah. Selesai melihat pertunjukkan dan mendengarkan pemaparan pengurus
pondok. Aku beserta rombongan segera meninggalkan lokasi pondok dengan
meninggalkan beberapa kesan yang mendalam dari perjalanan panjang Pondok
Pesantren Bali Bina Insani untuk meneguhkan eksistensi pendidikan Islam di
tengah komunitas masyarakat Hindu Bali.
Selesai dari lokasi PP. Bali Bina Insani
aku beserta rombongan langsung menuju ke lokasi Teman (Tempat Penyaman) Joger
Tabanan untuk berburu oleh-oleh dan souvenir khas Bali yang kwalitas nomor 1. Dari
Teman Joger aku telah mengantongi beberapa potong baju, dan segera ku menghampiri
kasir untuk melakukan transaksi pembelian. Banyak juga dari teman-teman
serombongan yang telah banyak mengantongi oleh-oleh lebih banyak daripada saya.
Tidak ketinggalan juga para pendamping KKL yang memborong souvenir yang
bermacam-macam.
Teman Joger telah berlalu, danau
Bedugulpun telah menanti. Aku beserta rombonganpun segera bergegas menuju danau
Bedugul karena mengingat waktu yang telah sedikit senja. Sesampainya di lokasi
danau Bedugul kusempatkan untuk mengembil beberapa view gambar dengan
latar danau Bedugul bserta keeksotisan danau. Terlihat juga beberapa teman
serombongan yang menyempatkan diri untuk menikmati danau dengan menaiki kapal
motor mengelilingi lokasi danau yang sudah Nampak berkabut. Kepuasaan akan
karunia bumi ciptaan Allah aku dapatkan di lokasi ini, selain lokasi danau yang
begitu eksotis ternyata terdapat masjid yang cukup besar sebagai salah satu
pusat dakwah Islam di kawasan Kabupaten Tabanan.
Malampun segera menghampiri kami, jam
istirahatpun sepertinya sudah menghampiri kami. Tempat peristirahatpun sudah
menunggu. Tanpa berfikir lama, kami serombonganpun segera menuju hotel untuk beristirahat.
Keesokan harinya sesuai dengan jadwal kami
mengunjungi kawasan Pura Tanah Lot. Dengan nuansa yang masih tetap berbau Hindu
kami segera menikmati lokasi wisata di sekitar kawasan tersebut. Dengan desiran
ombak yang terdengar begitu merdu kusempatkan untuk berfoto bersama
teman-temanku tentunya dengan latar Pura Tanah Lot dan Samudera Hindia.
Kutinggalkan kawasan Tanah Lot, untuk
menyambangi lokasi yang lain tentunya masih dalam wilayah Pulau Bali, yaitu ke
pantai Kuta. Sempat terbayang bagaimana kondisi pantai Kuta yang dipenuhi turis
mancanegara dengan busana yang sedemikian rupa, waow. Nampaknya cuaca di
siang itu sangat bersahabat. Akupun mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan
beberapa gambar dengan view yang begitu eksotis berlatakan
awan dan bibir pantai Kuta.
Pasca kunjungan ke pantai Kuta, berurutan
kami mengunjungi juga kawasan pantai Tajung Benoa, Garuda Wisnu Kencana Cultural
Park, Pantai Sanur, Pasar Seni Sukawati Gianyar Bali. Ternyata masih saja
kesan eksotis dan terkesan dengan kunjugan ke beberapa tempat wisata tersebut,
walaupun sebelumnya aku juga pernah mengunjungi lokasi tersebut di tahun
sebelumnya.
Setelah hampir lima hari kuhabiskan
waktuku di atas bis, dengan berkunjung ke beberapa lokasi KKL maupun lokasi
wisata. Tepat hari minggu aku sampai kembali di kota Semarang. Masih jelas teringat
dalam bayangan bagaimana nuansa eksotisme pulau Bali dengan aneka ragam warna
setibanya aku di kota Semarang. Setidaknya kesan mendalam pada kunjungan
ke-duaku di Pulau Bali dapat menghapus sedikit kesan burukku di awal
pemberangkatan KKL dari kota Semarang.
Kapal Feri Pelabuhan Ketapang Banyuwangi- Palabuhan Gilimanuk Bali |
Sisi Barat Pelabuhan Gilimanuk Bali |
RM. Soka Indah Tabanan Bali |
PP. Bali Bina Insani, Tabanan Bali |
Tempat Penyaman (TEMAN) Joger Tabanan Bali |
Danau Bedugul Tabanan Bali |
Gadis Bali memakai baju adat Bali |
Pura Tanah Lot Bali |
Pantai Kuta Bali |
Garuda Wisnu Kencana Cultural Park Bali |
Kelas KPI B berpose di kawasan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park Bali |
Selat Bali |
Berpose di dalam kabin kapal feri |
0 comment:
Post a Comment