(Catatan akhir bulan
Tim Komunikasi Sosial Ekspedisi NKRI Subkorwil 04/Saumlaki)
Oleh; Saifudin
Tidak terasa, sudah
hampir satu bulan tim Ekspedisi NKRI melaksanakan kegiatan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Hari demi hari telah dilalui dengan segala macam ceritanya. Ada
kalanya sedih, senang, susah, serta gembira. Namun, hal itu tidak pernah
menciutkan semangat bagi para peserta ekspedisi. Justru dengan hal itulah,
peserta ekspedisi semakin terpacu untuk terus berjuang mendarma baktikan tenaga
dan pikiran untuk NKRI.
Tim Komunikasi Sosial
terdiri dari 23 personil. Terdiri dari 8 personil dari peserta pusat, serta 15
personil dari peserta daerah. Walaupun berasal dari satuan dan unsur yang
berbeda-beda, seluruh personil bahu-membahu membentuk tim yang solid. Karena,
dengan berbekal kesolidan tim, setiap rencana dan tujuan bisa tercapai dengan
kebanggaan.
Usaha untuk membentuk
tim yang solid, terkadang juga harus menemui sedikit aral yang melintang.
Silang pendapat, emosi diri, serta adanya miss communication menjadi
salah satu tantangan tersendiri bagi setiap personil untuk membentuk kesolidan
tim. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu hal itu dapat dilewati dengan penuh
usaha dan perjuangan. Sehingga, saat ini sudah mulai nampak kesolidan tim.
Selain itu, rasa kekeluargaan di antara personil sudah mulai terbentuk.
Awal, kedatangan tim
ekspedisi di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sempat diwarnai dengan beberapa
ketakutan, mulai dari keterbatasan sinyal sellular sampai dengan ketakutan
mahalnya harga kebutuhan hidup di wilayah ini. Namun, semua sudah terjawab
seiring berjalannya waktu. Sinyal sellular memiliki layanan dan daya pancar
lebih baik dari perkiraan sebelumnya, begitupun dengan harga kebutuhan hidup yang
cukup mahal. Akan tetapi, hal itu bisa disiasati dengan cara menghemat
pengeluaran serta mengurangi budaya komsumtif disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing peserta.
Berbekal dari petunjuk
teknis pelaksanaan kegiatan ekspedisi pada saat pembekalan peserta di
Situlembang Bandung serta petunjuk dari beberapa dinas dan instansi Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Tim Komunikasi Sosial mulai membuat perencanaan program
kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah sasaran program. Program dari Tim
Komunikasi Sosial terbagi ke dalam 2 aspek yaitu; Aspek Fisik serta aspek non
fisik, yang dimanifestasikan dalam bentuk program; Pengajaran wawasan
kebangsaan di sekolah, Penyuluhan ketahanan pangan daerah, Penghijauan
lahan-lahan kritis, nonton film bersama warga masyarakat, Karya bakti
pembersihan lingkungan, Pembangunan sarana sanitasi masyarakat dan lain
sebagainya.
Saat melaksanakan
kegiatan, tim Komunikasi Sosial haru berjibaku dengan kondisi lapangan yang
cukup menantang hal ini kami temui saat tim kami melksanakan kegiatan di Des
Atubul Da Kcematan Wertamrian. Lokasi desa yang sangat terpencil memaksa tim
kami untuk melewati jalanan berkelok menaiki dan menuruni bukit. Sempat juga
beberapa kali kami harus menerobos semak-semak yang menutupi jalan untuk sampai
di lokasi kegiatan. Saat akan kembali pulang, kami dihadang hujan yang cukup
lebat, sehingga menyebabkan jalanan yang sudah rusak semakin parah. Sontak,
mobil yang kami tumpangi pun hasil selip ban. Beberapa usaha untuk
mengembalikan posisi mobil ke posisi semula kami lakukan, mulai dari mendorong
mobil, sampai menutup jalan dengan batu dan dahan-dahan basah.
Kisah-kisah selama
melaksanakan kegiatan di desa-desa tujuan menyisakan banyak sekali keprihatinan
mendalam akan nasib anak-anak bangsa. Terutama nasib pendidikan bagi anak-anak
bangsa di wilayah-wilayah perbatasan. Kekurangan sarana pembelajaran,
terbatasnya akses informasi, serta kurangnya sarana ruang pembelajaran adalah
salah satu potret dunia pendidikan di wilayah perbatasan. Tidak jarang pula ada
beberapa anak-anak sekolah yang tidak mengetahui para presiden Indonesia. Hal
inilah yang menggugah jiwa nasionalisme personil tim Komunikasi Sosial untuk
menularkan virus-virus kebangsaan melalui pemberian wawasan kebangsaan bagi
anak-anak di daerah-daerah tertinggal.
Potret, keterbatasan
sarana penunjang kehidupan masyarakat juga nampak terlihat, ketika tim kami
melaksanakan kegiatan di Desa Latdalam Kecamatan Tanimbar Selatan. Bagaimana
rasanya di tahun yang serba modern ini, masih ada wilayah yang belum teraliri
listrik, sehingga masyarakat di Desa Latdalam harus memakai genset untuk
mendapatkan listrik. Itu pun terbatas, hanya dari jam 19.00 sampai 23.00,
setalah itu desa kembali gelap tanpa listrik.
Selama hampir kurang
lebih satu bulan, tim kami sudah melaksanakan kegiatan di beberapa desa tujuan.
Diantaranya adalah; Desa Wersawak, Desa Atubul Da, Desa Lauran, Desa Tumbur,
Desa Kabiarat, Desa Wowonda, serta Desa Latdalam dengan menghasilkan beberapa
catatan selama kegiatan. Mulai dari catatan pendidikan, kesehatan, lingkungan,
sarana dan prasarana penunjang desa, akses informasi dan sebagainya.
Melihat kondisi dan
keadaan masyarakat di daerah perbatasan membuat kami semakin bersyukur, bahwa
ternyata masih banyak warga Indonesia di daerah perbatasan yang bangga dengan
Indonesia. Walaupun, secara kehidupan mereka sangat tertinggal dengan
daerah-daerah lain di Indonesia. Perhatian khusus dari para pemangku kebijakan
negeri ini, mutlak dibutuhkan oleh mereka untuk terus melangkah maju.
Dari penelusuran tim,
kami juga banyak belajar dari mereka. Bahwa, keterbatasan tidak menghalangi
mereka untuk maju, serta memperoleh akses pendidikan yang lebih baik juga
mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Para personil tim Komunikasi
merasa bangga bisa tergabung dengan Ekspedisi NKRI terutama para personil yang
berasal dari perwakilan pusat. Setidaknya kami bisa membuka mata lebih lebar
akan Indonesia, baik dari sisi kekurangan mamupun kelebihan. Walaupun banyak
sekali catatan-catatan yang diperoleh selama melaksanakan program, tapi “Itulah
Indonesia” dengan segala keadaannya.
0 comment:
Post a Comment